Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ahmad Amiruddin
Mahasiswa Doktoral Monash University

Ahmad Amiruddin, Mahasiswa Doktoral bidang Energy Storage & Integration of Renewable Energy di Monash University; alumni MSc in Sustainable Energy The University of Edinburgh; mantan Vice President PPI Australia 2022-2023; dan ASN Kementerian ESDM.

Meneropong Masa Depan Baterai Lithium-ion Berbasis Nikel

Kompas.com - 24/01/2024, 11:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Alasannya adalah peralihan ke LFP lebih terkait persoalan rantai pasok NMC yang bermasalah karena kobalt berasal dari negara konflik di Afrika. Selain itu, menjadi perhatian utama dunia karena praktik pertambangannya yang merusak lingkungan dan mempekerjakan anak di bawah umur di bawah kendali militer.

Selain itu, baterai NMC tetap lebih unggul dari LFP dalam hal energy density dan tetap pilihan paling menarik khususnya untuk penggunaan barang bergerak semacam telepon genggam, laptop dan mobil listrik.

Indonesia memiliki keunggulan sebagai negara pengekspor nikel terbesar dunia saat ini, namun belum ditunjang industri pengolahan dan penunjang baterai yang memadai.

Indonesia bisa memanfaatkan produksi nikel yang besar ini untuk meningkatkan ekosistem baterai berbasis nikel di Indonesia.

Beberapa langkah tersebut adalah, pertama, melanjutkan program hilirisasi produksi baterai dengan mengupayakan integrasi industri dari pertambangan, pengolahan, manufaktur hingga penggunaan dengan tetap mengedepankan kelestarian lingkungan.

Kedua, memberikan intensif bagi industri perintis. Ketiga, peningkatan riset dan pengembangan teknologi. Keempat, kerja sama antarpihak dan kelima, menggenjot permintaan.

Hilirisasi tidak hanya terbatas pada produksi bahan baku berbasis nikel, tapi mencakup manufaktur anode, katoda, dan elektrolit.

Terkait industri pionir, berkaca dari BYD yang awalnya merupakan produsen baterai untuk peralatan listrik yang kemudian berkembang menjadi supplier baterai dan mobil listrik kelas dunia, Indonesia juga bisa mendorong pabrik lokal yang telah lebih dulu berkecimpung di bidang baterai untuk menjadi pionir dengan bantuan insentif dari Pemerintah.

Selain itu, Indonesia harus meningkatkan riset dan penelitian yang mengedepankan potensi nikel, kobalt, dan mangan Indonesia.

Merujuk ke peringkat rantai pasok lithium-ion, Indonesia masih sangat tertinggal dalam hal riset, inovasi, infrastruktur dan inovasi. Investasi ke arah sana harus digalakkan.

Meningkatkan skill, menyekolahkan talenta terbaik bangsa, membuat pilot proyek dan melakukan benchmark terhadap apa yang dilakukan China untuk memajukan Industri baterainya.

Memiliki sumber daya alam adalah keunggulan, tapi berhenti di situ tidak dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Kita membutuhkan sumber daya manusia unggul yang bisa mengolah dan meningkatkan nilai tambah sumber daya alam.

Selain itu, pemerintah dan swasta sebaiknya mulai menjalin kerja sama dengan negara lain yang memiliki mineral terkait baterai NMC, yaitu negara penghasil Lithium.

Dua negara produsen Lithium dunia adalah Australia dan Chili. Sebagai negara tetangga, Australia relatif bisa didekati untuk kerja sama karena posisinya berdekatan.

Hubungan baik dengan Indonesia dan kepentingan Australia untuk mengurangi ketergantungan dunia pada China terhadap baterai lithium-ion akan memudahkan kerja sama ini.

Pasar baterai di Indonesia dan global masih akan sangat besar. Pertumbuhan kendaraan, telepon seluler, dan laptop adalah pasar besar untuk mengembangkan baterai berbasis nikel.

Di samping itu, kita punya potensi pasar energy storage yang besar untuk mendukung 100 persen energi terbarukan.

Di samping memaksimalkan keunggulan sumber daya nikelnya sebagai pemasok utama, Indonesia juga tidak boleh ketinggalan untuk mempelajari dan mengembangkan LFP karena bahan mentah jenis baterai ini juga melimpah di Indonesia.

Dengan mengaplikasikan ini, Indonesia bisa jadi pemain penting industri baterai masa depan dan menggunakan keunggulannya untuk sebaik-baiknya kemakmuran rakyat Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com