Maka dengan tersajinya data-data di atas bahwa secara implisit menandakan prospek global masih cukup suram.
Lonjakan inflasi pada 2021 dan 2022 menguji komitmen Bank Sentral terhadap stabilitas harga dan efektivitas kerangka kerja dan alat-alat mereka dengan cara yang belum pernah dialami sejak tahun 1970-an.
Tahun 2021 dimulai dengan catatan optimistis. Vaksinasi telah diluncurkan secara masif, pandemi COVID terburuk tampaknya sudah berlalu, dan pertumbuhan ekonomi pulih dengan cepat.
Tidak ada yang menyadari besarnya ujian yang akan dihadapi kebijakan moneter kedepan.
Inflasi di banyak negara naik ke tingkat yang belum pernah terjadi selama 40 tahun terakhir. Sebagian besar Bank Sentral, khususnya di negara-negara maju, menunggu untuk melakukan penyesuaian kebijakan sampai mereka yakin bahwa risiko-risiko negatif telah berkurang.
Respons yang lambat ini kemudian mengharuskan kenaikan suku bunga lebih cepat dan lebih besar dibandingkan yang terjadi selama beberapa dekade terakhir, dan juga menyebabkan Bank Sentral bergerak cepat untuk mengurangi neraca mereka.
Namun, pengetatan yang tiba-tiba, agresif, dan memiliki banyak aspek ini menimbulkan risiko baru terkait stabilitas keuangan dan keberlanjutan dari posisi fiskal.
Hal ini juga menciptakan tantangan bagi rumah tangga dan perusahaan yang tidak menyadari dari kenaikan tajam biaya pinjaman.
Meskipun inflasi tampaknya turun dengan dampak jangka panjang yang kecil terhadap aktivitas dan lapangan kerja, beberapa pengamat berpendapat bahwa respons kebijakan terhadap pandemi berlebihan di beberapa negara dan Bank Sentral terlalu lambat dalam merespons inflasi yang tidak terduga.
Perekonomian Indonesia tidak terlalu bergantung pada apa yang terjadi di dunia karena sebagian besar didorong oleh konsumsi domestik dan UMKM. Pertumbuhan pada tahun 2024 kemungkinan akan tetap pada kisaran 5 persen.
Koordinasi kebijakan harus terus dilakukan guna mengendalikan terjadinya inflasi daerah, pasokan dan distrubusi terus dijaga.
Inflasi masih menjadi ancaman bagi pasar saham, walaupun sedang menuju penurunan, namun sulit untuk memperkirakannya bahkan pada saat kondisi dalam keadaan tenang.
Hal ini menjadi lebih sulit secara material setelah serangkaian pasokan dan guncangan global terjadi.
Peramalan menjadi sangat sulit terutama jika dampaknya bersifat nonlinier atau dampaknya berinteraksi dengan keadaan perekonomian, karena mungkin terdapat keterbatasan pengalaman historis untuk mengidentifikasi titik hentinya.
Oleh karena itu kita tetap waspada, dalam menangkap dinamika inflasi saat ini mungkin memerlukan pendekatan dan data baru yang lebih akurat dan transparan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.