Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wasiaturrahma
Guru Besar di FEB Universitas Airlangga

Pengamat Moneter dan Perbankan, Aktif menulis beberapa buku, Nara sumber di Radio dan Telivisi ,seminar nasional dan internasional juga sebagai peneliti

Prospek Inflasi Global di Tengah Ketidakpastian Geopolitik

Kompas.com - 20/02/2024, 10:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Maka dengan tersajinya data-data di atas bahwa secara implisit menandakan prospek global masih cukup suram.

Lonjakan inflasi pada 2021 dan 2022 menguji komitmen Bank Sentral terhadap stabilitas harga dan efektivitas kerangka kerja dan alat-alat mereka dengan cara yang belum pernah dialami sejak tahun 1970-an.

Tahun 2021 dimulai dengan catatan optimistis. Vaksinasi telah diluncurkan secara masif, pandemi COVID terburuk tampaknya sudah berlalu, dan pertumbuhan ekonomi pulih dengan cepat.

Tidak ada yang menyadari besarnya ujian yang akan dihadapi kebijakan moneter kedepan.

Inflasi di banyak negara naik ke tingkat yang belum pernah terjadi selama 40 tahun terakhir. Sebagian besar Bank Sentral, khususnya di negara-negara maju, menunggu untuk melakukan penyesuaian kebijakan sampai mereka yakin bahwa risiko-risiko negatif telah berkurang.

Respons yang lambat ini kemudian mengharuskan kenaikan suku bunga lebih cepat dan lebih besar dibandingkan yang terjadi selama beberapa dekade terakhir, dan juga menyebabkan Bank Sentral bergerak cepat untuk mengurangi neraca mereka.

Namun, pengetatan yang tiba-tiba, agresif, dan memiliki banyak aspek ini menimbulkan risiko baru terkait stabilitas keuangan dan keberlanjutan dari posisi fiskal.

Hal ini juga menciptakan tantangan bagi rumah tangga dan perusahaan yang tidak menyadari dari kenaikan tajam biaya pinjaman.

Meskipun inflasi tampaknya turun dengan dampak jangka panjang yang kecil terhadap aktivitas dan lapangan kerja, beberapa pengamat berpendapat bahwa respons kebijakan terhadap pandemi berlebihan di beberapa negara dan Bank Sentral terlalu lambat dalam merespons inflasi yang tidak terduga.

Perekonomian Indonesia tidak terlalu bergantung pada apa yang terjadi di dunia karena sebagian besar didorong oleh konsumsi domestik dan UMKM. Pertumbuhan pada tahun 2024 kemungkinan akan tetap pada kisaran 5 persen.

Koordinasi kebijakan harus terus dilakukan guna mengendalikan terjadinya inflasi daerah, pasokan dan distrubusi terus dijaga.

Inflasi masih menjadi ancaman bagi pasar saham, walaupun sedang menuju penurunan, namun sulit untuk memperkirakannya bahkan pada saat kondisi dalam keadaan tenang.

Hal ini menjadi lebih sulit secara material setelah serangkaian pasokan dan guncangan global terjadi.

Peramalan menjadi sangat sulit terutama jika dampaknya bersifat nonlinier atau dampaknya berinteraksi dengan keadaan perekonomian, karena mungkin terdapat keterbatasan pengalaman historis untuk mengidentifikasi titik hentinya.

Oleh karena itu kita tetap waspada, dalam menangkap dinamika inflasi saat ini mungkin memerlukan pendekatan dan data baru yang lebih akurat dan transparan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Kian Menguat, Harga Bitcoin Kembali Tembus 67.000 Dollar AS per Keping

Whats New
Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com