Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Terbebani Penguatan Imbal Hasil Obligasi AS

Kompas.com - 03/07/2024, 13:02 WIB
Yohana Artha Uly,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia melemah pada akhir perdagangan Selasa (2/7/2024) waktu setempat atau Rabu (3/7/2024) pagi waktu Indonesia. Hal ini karena terbebani penguatan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) atau U.S Treasury.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot turun 0,21 persen ke level 2.326,90 dollar AS per ons. Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange turun 0,2 persen ke level 2.335,30 dollar AS per ons.

Imbal hasil U.S Treasury tenor 10 tahun yang menjadi acuan mencapai level tertinggi dalam satu bulan pada perdagangan Senin dan tetap tinggi di Selasa pada level 4,435 persen.

Baca juga: Harga Emas Terbaru 3 Juli 2024 di Pegadaian

Kondisi tersebut membuat emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil besar menjadi kurang menarik bagi investor.

Pelemahan emas dan penguatan imbal hasil U.S Treasury itu terjadi di tengah para investor mencerna pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell saat konferensi kebijakan moneter di Portugal, terkait potensi pemangkasan suku bunga.

"Pasar masih sangat sensitif terhadap diskusi apapun mengenai suku bunga atau yang berkaitan dengan kebijakan The Fed. Jadi, saya pikir ini masih dalam momentum menunggu dan melihat," ujar Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures.

Baca juga: Investasi Emas Kian Menarik, Berapa Persen Idealnya untuk Diversifikasi Portofolio?

Pada pidatonya Selasa kemarin, Powell mengatakan, The Fed masih memerlukan lebih banyak data sebelum memangkas suku bunga untuk memastikan inflasi yang lebih lemah baru-baru ini memberikan gambaran sebenarnya tentang apa yang terjadi pada tekanan harga.

Sementara itu, pelaku pasar juga tengah menanti data non-farm payroll (gaji non-pertanian) AS yang akan rilis Jumat pekan ini.

Data tersebut akan sangat penting untuk menilai apakah pasar tenaga kerja AS tetap tangguh ketika tingkat suku bunga tinggi selama beberapa dekade.

Baca juga: Seberapa Besar Potensi Investasi Emas Digital?

Data pekerjaan AS itu sekaligus menjadi sinyal lebih lanjut untuk menimbang potensi penurunan suku bunga The Fed.

Adapun emas sudah turun 5 persen dari rekor tertinggi 2,449.89 per ons yang dicapai pada 20 Mei 2024 lalu, sebuah reli yang disebabkan oleh permintaan safe-haven yang didorong ketidakpastian geopolitik dan ekonomi serta pembelian bank sentral yang terus-menerus.

"Permintaan fisik masih lemah di pasar-pasar utama seperti India dan Turki, namun ada tanda-tanda pemulihan di sana karena konsumen ingin melindungi diri dari faktor-faktor lain seperti inflasi lokal yang masih tetap tinggi," kata seorang pedagang di pasar logam mulia.

Baca juga: 5 Keuntungan Investasi Emas, Pemula Perlu Pahami

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Telanjur Hutang ke Rentenir? Ini Tips dari OJK

Telanjur Hutang ke Rentenir? Ini Tips dari OJK

Whats New
Cara Mengatasi Lupa PIN ATM BCA di Kantor Cabang dan CS Digital

Cara Mengatasi Lupa PIN ATM BCA di Kantor Cabang dan CS Digital

Whats New
Ketidakpastian Global Masih Tinggi, Bos OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Stabil

Ketidakpastian Global Masih Tinggi, Bos OJK Sebut Sektor Jasa Keuangan RI Terjaga Stabil

Whats New
Bos BI Buka Peluang Suku Bunga Turun pada Pengujung 2024

Bos BI Buka Peluang Suku Bunga Turun pada Pengujung 2024

Whats New
Siap-siap, Versi Lama Mobile Banking BNI Bakal Ditutup, Diganti Wondr by BNI

Siap-siap, Versi Lama Mobile Banking BNI Bakal Ditutup, Diganti Wondr by BNI

Whats New
BCA Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, 'Fresh Graduate' Bisa Daftar

BCA Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1-S2, "Fresh Graduate" Bisa Daftar

Work Smart
Pendapatan Negara Lesu, Sri Mulyani Sebut Defisit APBN 2024 Bakal Melebar

Pendapatan Negara Lesu, Sri Mulyani Sebut Defisit APBN 2024 Bakal Melebar

Whats New
Kemenperin: 11.000 Buruh Terkena PHK Sejak Terbitnya Permendag 8/2024

Kemenperin: 11.000 Buruh Terkena PHK Sejak Terbitnya Permendag 8/2024

Whats New
Transparansi Portofolio dan Pencairan Dana jadi Tantangan Investor Reksa Dana Saham, Ini Upaya Indo Premier Mengatasinya

Transparansi Portofolio dan Pencairan Dana jadi Tantangan Investor Reksa Dana Saham, Ini Upaya Indo Premier Mengatasinya

Whats New
Mendag Zulhas Bakal Bentuk Satgas Khusus untuk Awasi Barang Impor Ilegal

Mendag Zulhas Bakal Bentuk Satgas Khusus untuk Awasi Barang Impor Ilegal

Whats New
Lahan Bekas Galian Tambang di Kaltim Berpotensi Jadi Tujuan Wisata Sekitar IKN

Lahan Bekas Galian Tambang di Kaltim Berpotensi Jadi Tujuan Wisata Sekitar IKN

Whats New
Transaksi Bursa Karbon Masih Jauh dari Potensi, Baru Rp 36,79 Miliar Per Juni 2024

Transaksi Bursa Karbon Masih Jauh dari Potensi, Baru Rp 36,79 Miliar Per Juni 2024

Whats New
Tingkatkan Penggunaan Surat Rekomendasi BBM Subsidi, BPH Migas Gencar Lakukan Koordinasi dengan Pemda

Tingkatkan Penggunaan Surat Rekomendasi BBM Subsidi, BPH Migas Gencar Lakukan Koordinasi dengan Pemda

Whats New
Industri Tekstil Terpukul Produk Impor, Asosiasi: Industri Petrokimia Hulu Ikut Terdampak

Industri Tekstil Terpukul Produk Impor, Asosiasi: Industri Petrokimia Hulu Ikut Terdampak

Whats New
PLTA Mrica Terancam Tutup 2025 gara-gara Sedimentasi Serayu, Ini Upaya TJSL 7 SMV Kemenkeu Selamatkan DAS Serayu

PLTA Mrica Terancam Tutup 2025 gara-gara Sedimentasi Serayu, Ini Upaya TJSL 7 SMV Kemenkeu Selamatkan DAS Serayu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com