Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER MONEY] Ketentuan Baru, "Tap In"-"Tap Out" di Stasiun LRT Sama Kena Tarif Maksimal | Pemerintah Ternyata Punya Aset Rp 13.072,8 Triliun

Kompas.com - 05/07/2024, 05:00 WIB
Aprillia Ika

Penulis

1. Penumpang "Tap In" dan "Tap Out" di Stasiun yang Sama, LRT Jabodebek Kenakan Tarif Maksimal

LRT Jabodebek memberlakukan ketentuan baru terkait tarif LRT Jabodebek mulai 1 Juli 2024. Ketentuan baru ini berlaku bagi penumpang yang tap in dan tap out di stasiun yang sama.

Dikutip dari Instagram @lrt_jabodebek, mulai bulan ini LRT Jabodebek menerapkan tarif maksimal bagi penumpang yang melakukan tap in dan tap out di stasiun yang sama dalam waktu lebih dari 60 menit.

Adapun tarif maksimal LRT Jabodebek sebesar Rp 20.000 berlaku saat Senin-Jumat pukul 06.00-08.59 dan 16.00-19.59 sedangkan selain waktu tersebut dan libur nasional berlaku Rp 10.000.

Sementara bagi penumpang yang melakukan tap in dan tap out di stasiun yang sama untuk waktu kurang dari 60 menit diberlakukan tarif minimum yakni sebesar Rp 5.000.

Selengkapnya klik di sini.

2. Buka-bukaan Bos Garuda Indonesia soal Potong Gaji dan Pensiun Dini Karyawan

Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra buka-bukaan terkait kebijakan pemotongan gaji dan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Ia bilang, kebijakan tersebut dilakukan saat pandemi Covid-19.

Dia menuturkan, keputusan pemotongan gaji sudah disosialisasikan terlebih dahulu kepada karyawan. Menurut Irfan, saat itu jika tidak ada pemotongan gaji, maka perusahaan hanya mampu beroperasi hingga 3 bulan saja.

"Kami lakukan itu setelah berapa kali sosialisasi ke teman-teman karyawan. 'Kalau anda enggak mau dipotong, hidup kita mungkin tinggal 3 bulan lagi," ungkapnya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (4/7/2024).

"Tapi kalau Anda mau dipotong, Anda tidak keberatan untuk dipotong, kita mungkin punya room untuk bisa bernapas 6-7 bulanan'," imbuh Irfan.

Ia menjelaskan, pemotongan gaji tidak hanya berlaku untuk karyawan, tetapi juga direksi dan komisaris yang bahkan pemotongannya mencapai 50 persen. Kebijakan ini pun berlangsung selama hampir satu tahun.

Selengkapnya klik di sini.

3. BI Ungkap Perbedaan AS dan RI dalam Mengatasi Inflasi dan Tren Suku Bunga Tinggi

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan, dalam membuat kebijakan pihaknya memperhatikan dan concern kepada beberapa faktor. Hal ini diperlukan ketika RI dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi yang masih tinggi, indeks dollar AS yang masih mungkin meningkat, dan tren suku bunga higher for longer.

“Proses disinflasi khususnya di negara maju, itu sangat lambat. Ini berbeda dengan Indonesia, karena (dalam mengatasi inflasi tinggi) kita melihat sumbernya dari mana,” kata Destry di Jakarta, Rabu (3/6/2024).

Destry mengatakan, BI memiliki bauran kebijakan yang dilakukan dalam menghadapi masalah inflasi. Hal ini berbeda dengan AS yang ketika melihat inflasi tinggi tidak berani menurunkan suku bunga, walaupun data ekonomi bagus.

Saat ini, sentimen suku bunga The Fed menjadi salah satu katalis di market global. Ketua The Fed Jerome Powell awal pekan ini mengatakan bahwa inflasi sudah menunjukkan tanda-tanda kemajuan, namun pihaknya masih belum siap untuk menurunkan suku bunga.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com