Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini dan 2020

Kompas.com - 24/07/2019, 08:10 WIB
Mutia Fauzia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

LONDON, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas prediksi pertumbuhaan ekonomi global untuk tahun ini dan tahun 2020 mendatang.

Mereka memprediksi, pertumbuhan eknonomi tahun ini akan sebesar 3,2 persen lebih rendah dari prediksi April lalu yang sebesar 3,3 persen. Sedangan tahun depan diprediksi pertumbuhan ekonomi akan meningkat 3,5 persen, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 3,6 persen.

Seperti dikutip dari BBC, Rabu (24/7/2019), IMF menilai pertumbuhan tersebut relatif moderat dan ada kebutuhan mendesak bagi dunia untuk mengurangi ketegangan perdagangan dan teknologi.

Baca: Turunkan Suku Bunga, BI Ingin Jaga Momentum Pertumbuhan Ekonomi

Sementara itu mengutip laman resmi IMF, mereka juga merevisi pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan ASEAN menjadi 5 persen di 2019 dan 5,1 persen di 2020. Angka tersebut masing-masing lebih rendah 1 persen dari proyeksi pada April lalu.

Terdapat beberapa faktor yang menjadi risiko dari pertumbuhan ekonomi global, seperti perang tarif antara Amerika Serikat dan China yang masih berlanjut, tarif funtuk produk otomotif oleh Amerika Serikat, juga no-deal Brexit.

"Faktor risiko utama bagi ekonomi global adalah perkembangan-perkembangan isu yang cenderung merugikan- termasuk tarif AS-Cina lebih lanjut, tarif mobil AS, atau Brexit tanpa kesepakatan - hal tersebut mengurangi kepercayaan, melemahkan investasi, melepaskan rantai pasokan global, dan sangat memperlambat pertumbuhan global di bawah garis dasar," tulis IMF dalam keterangan tertulis di laman resminya.

Prediksi bakal meningkatnya pertumbuhan global pada tahun 2020 bergantung pada beberapa faktor. Yaitu sentimen pasar keuangan yang umumnya mendukung, beberapa hambatan yang terjadi di 2019 kian memudar (terutama di kawasan euro), stabilisasi di beberapa negara ekonomi yang mengalami tekanan (Argentina dan Turki), dan menghindari keruntuhan yang bahkan lebih tajam di negara lain ( Iran dan Venezuela).

"Sekitar 70 persen dari peningkatan prakiraan pertumbuhan global untuk tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019 diperhitungkan oleh proyeksi stabilisasi atau pemulihan di negara-negara yang tertekan," jelas IMF.

"Pada gilirannya, faktor-faktor ini bergantung pada latar belakang kebijakan global yang kondusif yang memastikan kemerosotan dovish bank sentral dan penumpukan stimulus kebijakan di China tidak tumpul dengan meningkatnya ketegangan perdagangan atau Brexit yang tidak teratur," ujar mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com