Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Ketidakmerataan Pasokan Jadi Tantangan Inflasi Indonesia

Kompas.com - 01/08/2019, 14:24 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kondisi geografis yang begitu luas dan tersebar menjadi tantangan pengendalian inflasi tersendiri di Indonesia.

Berbeda dengan negara-negara lain, dua faktor yang paling menyebabkan inflasi di Indonesia adalah harga makanan bergejolak (volatile food) dan harga-harga yang dikendalikan oleh pemerintah (administered prices) seperti harga BBM bersubsidi.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi menjelaskan, masalah inflasi di Indonesia tidak terkait dengan ketersediaan uang di dalam negeri, namun lebih kepada masalah ketidakmerataan pasokan akibat tantangan geografis.

"Inflasi volatile food seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, sama sekali tidak ada kaitannya dengan ada tidaknya uang. Tapi soal pasokan dan tidak ada pasokan. Dengan kondisi Indonesia yang dari Aceh sampai Papua, belum lagi ada produk yang kita sama sekali belum bisa produksi," ujar dia ketika berkunjung ke redaksi Kompas.com, Kamis (1/8/2019).

Baca juga: Cabai Merah Sebabkan Inflasi Juli 2019 Mencapai 0,31 Persen

Dia mencontohkan, salah satu komoditas yang hingga kini Indonesia belum bisa memenuhi kebutuhannya sendiri adalah bawang putih. Pasalnya, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pasokan bawang putih di Indonesia 90 persen berasal dari impor.

Untuk itulah, pada 2008 lalu, pemerintah membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang bertanggungjawab memastikan jalur pasokan serta kesediaan suatu komoditas di daerahnya.

"Misalnya di Sumatera Utara biasanya masalahnya cabai merah, dia kemudian alert ada masalah terkait cabai, ditelusuri apa yang membuat harga cabai tinggi, kemudian dia temukan karena terkait infrastruktur, diangkatlah masalah itu ke TPIP (Tim Pengendali Inflasi Pusat)," ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Aida S Budiman.

TPID pun menargetkan, inflasi terutama untuk harga makanan bergejolak tidak boleh lebih dari 5 persen. Dia mengatakan, dalam lima tahun terakhir, inflasi volatile food cenderung terkendali.

Baca juga: Pedasnya Cabai Rawit Jadi Pendongkrak Inflasi

Adapun tingkat inflasi kini lebih disebabkan harga barang yang dikendalikan pemerintah seperti tarif tiket pesawat yang meningkat setengah tahun terakhir.

Pasalnya, tak hanya bisa menganalisa permasalahan dan mengatasinya dengan APBD, koordinasi antar daerah pun dilakukan untuk mengendalikan inflasi.

"Problem di daerah itu biasanya suplainya kurang, misalnya saja di Kalimantan Tengah pernah mengalami kekurangan bawang merah, kemudian TPID mengajukan ke gubernur untuk membuka lahan 50 hektar, masuk ke APBD buka lahan untuk bawang merah sampai 500 hektar," ujar Aida.

"Contoh lainnya, Kupang dan Jakarta, di mana Kupang menyuplai sapi ke Jakarta. Juga Sulawesi dan Surabaya, di mana Surabaya sebagai produsen ayam dan sapi, pakan ayamnya, jagung berasal dari Sulawesi," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com