JAKARTA, KOMPAS.com - Jumlah pengguna ponsel mendominasi, yakni sekitar 90 persen di Indonesia, membuat pola pengiklan pun beralih ke digital. Terbukti, iklan digital Indonesia merupakan terbesar kedua di Asia-Pasifik.
Kendati terbesar, Indonesia juga merupakan negara yang paling terancam sampah digital alias penipuan iklan (ad fraud). Disinyalir, ini disebabkan volume dan pembelanjaan iklan yang tumbuh signifikan.
"Di negara ini, industri yang menjadi target adalah para pengguna terbesar dalam pemasaran digital dan seluler. Industri-industri yang ditargetkan termasuk e-commerce, tekfin, FMCG, dan sektor game," kata Managing Director IAS di Asia Tenggara Laura Quigley di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Baca juga: Hati-hati, Penipuan Iklan Digital di Indonesia Kedua Terbesar Sedunia
Terbukti, di sektor global sendiri, pengiklan diperkirakan kehilangan 42 miliar dollar AS karena fraud alias kejahatan tersebut. Di Asia Pasifik, sebanyak 17 juta dollar AS juga hilang sebagai dampak dari penipuan iklan.
Sayangnya, kata Quigley, hingga kini masih banyak marketer alias pengiklan yang belum menyadari bahwa mereka terdampak ad fraud.
"Hanya 43 persen konsumen yang mengetahui bahaya ad fraud. Sementara berdasarkan survei kami pada semester I 2019, di Indonesia 33 persen pemasar masih rendah pengertiannya terhadap tingkat penipuan periklanan," ujar dia.
Baca juga: OJK Akan Atur Pedoman Iklan di Platform Digital
Untuk itu, kata Quigley, pengiklan disarankan untuk memilih publisher iklan yang tepercaya dan aman, baik itu iklan programmatic maupun bentuk iklan lainnya.
"Ad fraud akan tetap ada, tidak mungkin hilang sampai di angka 0. Tapi setidaknya cara-cara itu akan meminimalisir adanya ad fraud," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.