Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada, Kejahatan Siber Masih Ancam Nasabah Bank

Kompas.com - 06/09/2019, 08:42 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Perbankan terus berlomba berinovasi sebagai adaptasi atas perubahan di tengah perkembangan teknologi.

Solusi layanan digital kian digali untuk memberi kemudahan bagi nasabah bertransaksi. Kemudahan sudah jadi kunci bagi bank agar bisa bertahan dalam kompetisi.

Lantas, layanan transaksi pun serba online saat ini. Boleh dibilang semua layanan keuangan bisa dilakukan hanya lewat gawai.

Namun, di antara kepraktisan yang kita dapat, konsekuensi kejahatan siber juga kian mengancam.

Lalu, sudah sesiap apa bank di Tanah Air menghadapi ancaman siber dan melindungi data nasabahnya?

Baca juga: Cegah Pencurian Data, Keamanan Siber Harus Ditingkatkan

Baru-baru ini, kasus dugaan pembobolan rekening digital nasabah Bank BTPN viral di media sosial. Pengguna instragram lewat akun @Wisnukumoro mengaku isi rekeningnya di Jenius raib pada 29 Agustus 2019 yang ia duga akibat ulah peretas.

Pembobolan diketahui berawal dari pesan masuk ke ponselnya berisi kode verifikasi untuk masuk ke akun. Permintaan lantas ia tolak. Merasa curiga, akun kemudian ia blokir tetapi tidak berhasil.

Si peretas tetap bisa masuk dan menguras habis isi rekening secara bertahap.

Bank BTPN mengaku tengah melakukan investigasi mendalam atas kasus yang dialami nasabahnya itu.

"Indikasi penyalahgunaan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab itu akan jadi perhatian utama kami," kata Irwan S Tisnabudi, Head of Digital Banking Bank BTPN dalam keterangannya pada Kontan.co.id baru-baru ini.

Baca juga: Soal Kabar Nasabah Jenius Dibobol Hacker, Ini Penjelasan BTPN

Pakar IT, Abimanyu Wachjoewidajat menyebut, layanan digital bank memang sangat terbuka pada risiko pembobolan. Menurutnya, kasus peretasan bukan hanya terjadi karena kesalahan bank itu sendiri.

Bisa jadi juga karena kesalahan mitra bank yang bersangkutan dan keteledoran dari nasabah.

Kesalahan bank bisa dilihat dari seberapa kuat dia menjalankan standar operasional prosedur (SOP). Jika SOP lemah maka percuma saja bank berinvestasi besar-besaran dalam sistem IT, kejahatan siber tetap akan mudah terjadi.

"Ibarat rumah, punya gerbang dan pintu yang kokoh, tapi cuma dikasih satu gembok dan kuncinya ditinggal pula di luar, jangankan maling, kucing aja bisa gampang masuk," jelas Abimanyu.

Keamanan sistem IT mitra bank untuk layanan kliring juga perlu diperhatikan.

 

Baca juga: Cegah Potensi Serangan Siber, Ini yang Jadi PR Pemerintah

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com