Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daya Saing RI Gaet Investasi Sudah Ada Perbaikan, Tapi...

Kompas.com - 21/07/2020, 14:45 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Erani Yustika mengatakan, daya saing RI dalam menggaet investasi sudah menunjukkan perbaikan dalam beberapa tahun terakhir.

Kendati demikian, daya saing RI dengen negara tetangga masih jauh tertinggal. Hal itu tercermin dari Incremental capital-output ratio (ICOR) RI pada tahun 2018 yang sebesar 6,52.

ICOR ini masih lebih tinggi dibanding Malaysia sebesar 5,35; India 4,99; Vietnam 4,8; dan Filipina 4,63. Artinya, investasi RI masih kurang efisien dibanding negara-negara tetangganya. 

"ICOR kita masih tinggi sehingga membutuhkan tambahan investasi yang lebih besar untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sama. Oleh karena itu, kita perlu mengejar ketertinggalan yang terkait dengan efisiensi investasi," kata Ahmad dalam diskusi daring, Selasa (21/7/2020).

Baca juga: Pemerintah Dorong Jepang Investasi di Industri Farmasi dan Kesehatan

Selanjutnya, peringkat indeks logistik (LPI) dan perbaikan iklim usaha membaik. Namun perbaikan dan lebih baik dari Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Dalam hal ini, Indonesia hanya mampu mengungguli Filipina.

Selanjutnya, kemudahan berusaha (ease of doing business/EoDB) RI sudah lebih baik, namun masih ada 6 variabel inti yang masih perlu diperhatikan, seperti memulai bisnis, registrasi properti, pembayaran pajak, perdagangan lintas negara, dan sebagainya.

"Global Innovation Indeks (GII) RI juga belum mampu bersaing dengan negara-negara lain. Indonesia merupakan negara peringkat kedua terbawah di Asean. Kita bersyukur ada perbaikan. Sungguh pun begitu, kita harus lebih cepat lagi untuk bersaing secara kompetitif," ujarnya.

Untuk mengejar ketertinggalan dalam sisi investasi, Indonesia harus menganut investasi inklusif. Investasi yang inklusif tidak bersifat ekstraktif alias investasi yang berorientasi pada eksploitasi sumber daya alam sehingga menciptakan kerusakan lingkungan.

Investasi yang inklusif adalah investasi yang ramah lingkungan, melibatkan warga lokal, menghargai kemanusiaan, pemerataan akses, orientasi jangka panjang, dan fokus pada manfaat.

"Pada kasus Indonesia, investasi yang inklusif diutamakan untuk menyelesaikan beberapa masalah pokok, seperti ketimpangan antarwilayah, penciptaan lapangan kerja, nilai tambah ekonomi, pemulihan lingkungan, memperkuat UMKM, dan sebagainya," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com