Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulgaria Bakal Bangun Pabrik Rendang, Kapasitas Produksi Capai 600 Ton Per Bulan

Kompas.com - 04/02/2022, 19:06 WIB
Ade Miranti Karunia,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria Iwan Bogananta mengatakan, Indonesia telah meneken perjanjian investasi dengan Bella Ltd, perusahaan asal Bulgaria, untuk membuat makanan khas asal Sumatera Barat, rendang. Adapun nilai investasi tersebut sebesar 3 juta dollar AS atau setara Rp 43 miliar lebih.

Investasi usaha kuliner ini terwujud setelah Kedutaan Besar Indonesia di Bulgaria menggandeng pakar kuliner William Wongso.

"Bulgaria akan kami dijadikan hub atau penghubung untuk pasar rendang ke Eropa, khususnya negara-negara Balkan," katanya melalui keterangan tertulis, Jumat (4/2/2022).

Baca juga: Bank-bank Besar Panen Laba, Siapa Paling Cuan?

Pada 3 Februari 2022, rencana investasi itu kian konkret dengan kunjungan Iwan Bogananta ke Botevgrad, kota di bagian barat Bulgaria. Di kota tersebut bakal dibangun areal pabrik rendang untuk mendekati akses pasar di antaranya Serbia, Turki, dan Yunani.

Ia menambahkan, area seluas 20.000 meter persegi tersebut merupakan pabrik yang baru dibangun khusus untuk memproduksi berbagai macam produk daging. Sekitar 5.000 meter persegi di antaranya dipersiapkan untuk produksi rendang Indonesia.

"Kedatangan kami untuk menindaklanjuti hasil penandatanganan kerja sama antara Bella Ltd dan Wiliam Wongso pada November 2021. Kami melihat secara langsung fasilitas pabrik yang telah disiapkan oleh Bella Ltd sekaligus membicarakan teknis produksi rendang di sini," jelasnya.

"Total kapasitas produksi per bulan lebih dari 600 ton. Khusus pabrik di wilayah Botevgrad ini telah dipersiapkan khusus memproduksi rendang mulai dari pengolahan sampai packaging. Dan nantinya akan dilengkapi sertifikasi halal," lanjut Iwan.

Baca juga: Ini Alur Kedatangan Penumpang Penerbangan Internasional di Bali

Iwan bilang, konsep yang dinisiasi tersebut merupakan pola investasi dua arah bersama Bella Ltd. Ini menurutnya, role model baru untuk pengembangan pasar ekspor produk Indonesia untuk lebih mendekati pasar.

"Harus diakui, pandemi yang telah berlangsung dalam kurun waktu dua tahun terakhir banyak mengubah iklim bisnis, khususnya ekspor yang merosot. Antara lain karena biaya pengiriman yang melonjak sehingga mempengaruhi biaya produksi. Tentu saja ini memberi dampak besar, khususnya kepada para pelaku bisnis UKM," ujarnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dalam peluncuran Indonesia Spice Up The World beberapa waktu lalu, bertekad mengembalikan kejayaan rempah Indonesia yang sejak berabad-abad lalu sangat digemari dunia.

Melalui Indonesia Spice Up The World kata Jokowi, Indonesia bisa menyampaikan kelezatan dan cita rasa pangan olahan rempah-rempah Indonesia lewat peningkatan ekspor bumbu rendang, nasi goreng, sate, gado-gado dan bumbu-bumbu kuliner dari berbagai daerah yang sangat beragam dan kaya.

"Lakukan inovasi produk, perbaiki packaging, branding dan perluasan pasar, sehingga pangan olahan rempah Indonesia menjadi komoditi ekspor yang makin diunggulkan," kata Jokowi.

Baca juga: Sudah 9.909 Wajib Pajak Ikut Tax Amnesty Jilid II, Harta yang Dilaporkan Capai Rp 9,2 Triliun

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com