Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Pemilik Toko Online Diberi Bintang 1: Seperti Diberi Kotoran, Produk Favorit Jadi Tak Laku...

Kompas.com - 13/02/2022, 10:10 WIB
Elsa Catriana,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Membuka toko secara online di masketplace memiliki banyak keuntungan lantaran bisa menjangkau lebih banyak konsumen.

Namun di balik itu, ada hal yang harus dijaga dan diperhatikan agar toko online kita dilirik banyak orang, yaitu rating.

Ketika rating jelek, kemungkinan besar usaha kita tidak dilirik oleh konsumen sehingga penjualan menurun. Pun sebaliknya.

Baca juga: Rating Driver Ojol Diberi Bintang 1, Apa Dampak dan Sanksinya?

Hal ini pernah dirasakan oleh penjual atau seller online Muhammad Idris yang berbisnis menjual produk pakaian dalam di Tokopedia dan Shopee.

Idris menceritakan produknya di Tokopedia cukup banyak. Di sana pun tokonya diberi rating yang bagus.

Suatu kali ia memiliki produk yang terbilang cukup laku lantaran harganya murah. Ratingnya pun pada saat itu bagus lantaran mendapatkan riview yang bagus dari konsumen.

"Ratingnya itu bagus karna kan murah Rp 12.000 gitu, yang namanya orang kan wajar ya yang namanya barang murah ya dapat segitu ya wajar makanya dia ngasih bintang 5 yah banyak gitu," cerita Idris saat dihubungi Kompas.com belum lama ini.

Namun, suatu ketika dirinya mendapatkan konsumen yang menurut Idris menjadi penyebab rating dari produknya jelek. Padahal, kata Idris di bagian deskripsi produk, sudah sangat jelas memaparkan detail informasi produk.

"Padahal sudah dijelasin di situ, kamu berat badannya berapa, tinggi badannya, kalau segitu ya pilihnya ini. Dia pilihnya salah, terus malah yang disalahin toko saya, produk saya," beber Idris.

Sang konsumen pun akhirnya memberi rating bintang satu ke tokonya. Alhasil, akibat dari ratingnya yang turun drastis, produk yang awalnya jadi favorit atau banyak dibeli, tiba-tiba merosot tidak dibeli sama sekali.

"Dua minggu itu produk sama sekali enggak berkurang karena enggak laku," kata Idris.

Idris pun mengaku kecewa lantaran omzetnya juga berpengaruh karena penjualannya dari produk tersebut menurun.

Idris menilai, ketika rating diberi 1 bintang, ibarat kotoran yang dilempar langsung ke depan toko. "Artinya orang enggak akan mau lagi belanja di toko kita kan. Yah memang pembeli adalah raja tapi yah jangan sampai begitunya," kata Idris.

"Pokoknya rating 1 itu, ibarat kamu itu punya toko, terus kotoran kamu dilempar ke depan toko itu. Kalau aku yang salah, sebutlah packing-ku enggak rapi, yah enggak masalah dia ngasih rating segitu," sambung Idris.

Baca juga: 5 Tips agar Toko Online Dapat Rating Bintang 5 dari Pembeli

Idris berharap ada mekanisme yang lebih adil lagi dalam hal pemberian nilai ini. Misalnya yang diberi rating bukan hanya pada toko saja, tapi juga pada konsumennya.

"Jadi kalau customer juga ada ratingnya kita bisa lihat kan perilaku customer-nya, perilakunya ketika belanja bagus atau tidak. Ketika ada customer yang perilakunya jelek kita juga bisa milih mau diproses belanjanya atau tidak," papar Idris.

Idris juga mengakui, tingkat literasi masyarakat Indonesia dalam hal belanja online masih terbilang kurang. Menurut dia, masih banyak pembeli yang belum memahami sistem dan aturan rating di marketplace.

"Skala rating kan ada 1-5 bintang, orang tuh kalau ngasih bintang 5 karena ngerasa layanannya udah perfect banget, banyak promo, dan ongkir gratis. Terus kalau bagus doang pasti hanya 3, tapi kalau telat dikit ngirimnya padahal salah di kurir langsung ngasih 2 bahkan 1 bintang," ucap Idris.

Baca juga: Cara Menghitung Bea Masuk dan Pajak Impor Belanja Online

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com