Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Invasi Rusia ke Ukraina Mengancam Ketahanan Pangan Global

Kompas.com - 25/02/2022, 17:17 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menilai invasi atau penyerangan Rusia ke Ukraina mengancam upaya negara-negara di dunia dalam menjaga ketahanan pangan global.

Kepala Penelitian Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Felippa Ann Amanta mengatakan, ketahanan pangan global yang terancam akibat disrupsi selama pandemi Covid-19, kini semakin terancam akibat invasi ini.

Konflik bersenjata merupakan salah satu faktor utama kerawanan pangan, dan konflik berkepanjangan dapat mengakibatkan kerawanan pangan global.

Baca juga: Digempur Rusia, Ukraina Buka Crowfunding untuk Biayai Tentaranya

“Ketahanan pangan global diwujudkan lewat sebuah sistem pangan yang terintegrasi antara negara-negara di dunia melalui perdagangan terbuka. Invasi ini tentu mengganggu berjalannya perdagangan sektor pertanian, distribusi dan juga logistik antar negara, terutama di dan dari Ukraina,” ujar Felippa Ann Amanta dalam siaran persnya, Jumat (25/2/2022).

Felippa menilai, keselamatan dan kecukupan pangan rakyat Ukraina perlu menjadi prioritas saat ini. Sebab hancurnya beberapa fasilitas strategis di negara tersebut tentu mengganggu kelancaran distribusi pangan.

“Indonesia perlu segera mengantisipasi dampak dari invasi Rusia di Ukraina ke perekonomian dan perdagangan,” kata Felippa.

Felippa juga mengatakan, Indonesia tercatat mengimpor gandum dalam jumlah besar dari Ukraina.

Baca juga: Ancaman Krisis Baru Akibat Konflik Rusia Vs Ukraina

Adapun rinciannya sebesar 2,99 juta ton pada 2019 dan 2,96 juta ton di 2020, atau sekitar 28 persen dari total impor biji gandum Indonesia.

Sementara Ukraina tercatat mengimpor komoditas minyak kelapa sawit dan dari Indonesia dengan nilai impor sebesar 139 juta dollar AS di tahun 2019.

Saat ini, terdapat 9,9 persen dari populasi dunia atau 768 juta jiwa masih mengalami kelaparan, terutama di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, berdasarkan data dari FAO di 2021.

Oleh sebab itu Felippa menilai, Indonesia dapat memainkan peranannya dalam mewujudkan ketahanan pangan global lewat Presidensinya di G20. 

Tiga agenda pada sektor pertanian yang akan dibahas pada G20, yaitu membangun sistem pangan dan pertanian yang tangguh dan berkelanjutan, mempromosikan perdagangan pangan yang terbuka adil dapat diprediksi dan transparan dan mendorong bisnis pertanian yang inovatif melalui pertanian digital untuk memperbaiki kehidupan pertanian di wilayah pedesaan, sangat relevan dengan kondisi ketahanan pangan global saat ini.

Baca juga: Imbas Invasi Rusia ke Ukraina, Kementerian ESDM: Harga Minyak RI Akan Semakin Naik

"Dengan konflik Rusia-Ukraina saat ini, tantangan G20 menjadi lebih berat," ungkap Fellipa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com