Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Setelah 2 Tahun Pandemi, Tantangan Kita Capai SDGs Makin Sulit...

Kompas.com - 22/06/2022, 16:09 WIB
Fika Nurul Ulya,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, target pembangunan berkelanjutan (SDGs) seperti penurunan tingkat kemiskinan dan pengangguran makin sulit karena adanya pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.

Padahal SDGs dengan 17 tujuannya ditarget tercapai sekitar 8 tahun lagi atau tahun 2030, setelah diluncurkan pada tahun 2010 dengan target 9 miliar manusia hidup dalam kondisi baik tanpa kemiskinan dan kekurangan apapun

"Jadi saya hanya ingin sampaikan, dalam situasi geopolitik setelah 2 tahun pandemi, tantangan kita mencapai SDGs akan makin sulit, akan makin sulit," kata Sri Mulyani dalam sambutan pada Kick Off Kerja Sama PKN Stan dan Kementerian Desa PDT, Rabu (22/6/2022).

Baca juga: Dilema Menteri-menteri Keuangan, Sri Mulyani Sampai Dicurhati Menkeu Turki dan Mesir

Situasi geopolitik

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menuturkan, perang yang terjadi usai pandemi Covid-19 antara Rusia-Ukraina ditambah negara blok G7 membuat hubungan dunia mengeras.

Sri Mulyani tidak memungkiri, situasi maupun kondisi geopolitik saat ini membuat dunia berubah. Perubahan ini bahkan bisa permanen dan konsekuensial. Padahal, dunia sempat optimis mampu mencapai nol kemiskinan (zero poverty) karena terjadi penurunan yang impresif pada tahun 1990-2000.

Kemiskinan dunia yang turun sangat besar disumbang dari negara yang tadinya banyak kemiskinannya, seperti China, India, Indonesia, Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika.

"Geopolitiknya makin tinggi. Terjadi pengerasan hubungan yang tadinya kita ingin solidaritas kolaborasi untuk SDGs, dunia sekarang mengalami persaingan yang mengeras secara politik keamanan dan ekonomi," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Kesal Dana Pemda Mengendap, Sri Mulyani Sindir Gubernur dan Wali Kota: Bapak Ibu Memimpin, Bukan Dituntun Anak Buah...

Harga komoditas meningkat

Lebih lanjut dia menjelaskan, perang Rusia - Ukraina membuat harga komoditas penting meningkat. Rusia sendiri merupakan eksportir minyak terbesar ketiga, sementara Ukraina produsen gandum dan minyak goreng non CPO utama.

Indonesia sendiri menghadapi dampak yang negatif dari perang tersebut. Usai dua tahun belanja negara bengkak akibat pandemi, kini negara juga harus menanggung subsidi dari kenaikan harga BBM dan listrik.

"Hari ini semua negara dunia dilanda dengan situasi harga energi naik, pupuk, pangan, sehingga semua decision maker di dunia (merasakannya). Ini baru dua tahun kita hadapi Covid-29, di mana negara sudah habis-habisan, menghadapi Covid-19 tuh habis-habisan," sebut Sri Mulyani.

Baca juga: Subsidi Elpiji 3 Kg Bakal Dialihkan ke Kompor Listrik, Sri Mulyani: Saya Harus Tanya ke Menteri ESDM...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com