Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bitcoin Diramal Bisa Turun ke Posisi Rp 190-an Juta, Ini Sebabnya

Kompas.com - 23/06/2022, 08:38 WIB
Kiki Safitri,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi


NEW YORK, KOMPAS.com – Aset kripto terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, Bitcoin atau BTC, diperkirakan bisa mengalami penurunan hingga level 13.000 dollar AS per koin atau tepatnya Rp 193,2 juta (kurs Rp 14.862 per dollar AS).

Mengutip CNBC, kepala investasi Absolute Strategy Research Ian Harnett mengungkapkan, penurunan Bitcoin yang hampir mencapai 40 persen tersebut, kemungkinan akan terjadi. Hal ini mengingat kondisi pasar kripto yang cenderung dalam posisi bearsih.

“Ini benar-benar permainan likuiditas. Yang kami temukan bukanlah mata uang, atau komoditas, dan tentu saja (kripto) bukan sesuatu yang bisa menyimpan nilai. Kami masih akan menjual aset kripto semacam ini,” kata Harnett, Rabu (22/6/2022).

Baca juga: Jerome Powell Bertekad Turunkan Inflasi, AS Kemungkinan Alami Resesi

Harnett menjelaskan, dalam reli kripto sebelumnya, bitcoin turun sekitar 80 persen dari posisi tertingginya sepanjang masa. Pada tahun 2018 misalnya, bitcoin anjlok ke posisi 3.000 dollar AS, setelah mencapai puncaknya hampir 20.000 dollar AS pada akhir 2017.

Bitcoin turun seperti itu menurut Harnett akan terjadi juga pada tahun 2022. Dia mengatakan, posisi yang diperkirakan menjadi yang terendah sejak tahun 2021, adalah di level 13.000 dollar AS per koin.

“Ini akan membawa Anda kembali ke sekitar 13.000 dollar AS per koin setelah Bitcoin naik ke rekor tertinggi hampir menyentuh 69.000 dollar AS per koin, pada tahun 2021,” lanjutnya.

Harnett mengatakan, kondisi pasar yang bearish saat ini terjadi karena AS tengah berjuang melawan inflasi dengan kenaikan suku bunga yang agresif oleh The Fed. Hal inilah yang kemudian mengurangi kepercayaan pasar, dan mendorong penurunan pada kinerja pasar kripto.

Baca juga: Dibayangi Resesi, Wall Street Ditutup Melemah

“Likuiditas yang melimpah mendorong bitcoin bekerja dengan baik. Tapi ketika likuiditas itu diambil, dan itulah yang dilakukan bank sentral saat ini, maka Anda melihat pasar berada di bawah tekanan ekstrem,” jelas Harnett.

Harnett mengatakan, saat ini aset kripto juga telah berada di ujung tanduk, ketika investor bergulat dengan dampak suku bunga yang lebih tinggi di era kebijakan moneter yang sangat longgar. Pekan lalu, Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan pinjaman sebesar 75 basis poin, kenaikan ini menajdi yang tertinggi sejak 1994.

Keputusan dari Fed ditindaklanjuti dengan langkah serupa dari Bank of England dan Swiss National Bank. Hal tersebut dinilai akan berdampak pada aset digital. Nilai gabungan dari semua aset kripto bahkan turun tajam lebih dari 350 miliar dollar AS dalam dua minggu terakhir.

“Pasar kripto sudah goyah sebelum kenaikan suku bunga Fed minggu lalu, dengan isu yang masih hangat, yakni runtuhnya stablecoin terraUSD sebesar 60 miliar dollar AS, dan LUNA,” jelas dia.

Baca juga: [POPULER MONEY] Batas Usia Pensiun TNI | Kondisi Ekonomi Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com