Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih Dibayang-bayangi Sentimen The Fed, Nilai Tukar Rupiah Pagi Ini Melemah

Kompas.com - 27/07/2022, 10:26 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot melemah pada sesi perdagangan Rabu (27/7/2022) pagi hari. Rupiah kembali menembus Rp 15.000 per dollar AS pada pagi hari ini.

Melansir data Bloomberg, nilai tukar rupiah dibuka pada level Rp 14.996,5 per dollar AS, melemah dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp 14.993 per dollar AS. Sejak pembukaan perdagangan, rupiah bergerak melemah.

Adapun sampai dengan pukul 10.00 WIB, rupiah bergerak pada bergerak pada level Rp 15.021,5 per dollar AS, melemah 0,19 persen dibandingkan level penutupan sebelumnya.

Baca juga: Dibuka Menguat, IHSG Sentuh 6.900

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, meskipun kemarin nilai tukar rupiah ditutup menguat, sentimen negatif masih membayang-bayangi mata uang Garuda. Pengumuman bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), terkait suku bunga acuannya tengah dinanti pasar.

"Pasar masih mewaspadai hasil rapat Bank Sentral AS Kamis dinihari pekan ini. Pasar juga mengkhawatirkan inflasi tinggi dan potensi pelambatan ekonomi," ujar dia, kepada Kompas.com, Rabu.

Lebih lanjut Ia bilang, jika The Fed memberikan indikasi masih akan agresif menaikan suku bunga acuan pasca rapat Juli, dollar AS berpotensi semakin kuat. Sebagaimana diketahui, The Fed tengah fokus memerangi inflasi yang terjadi di Negeri Paman Sam.

"Inflasi AS yang masih menaik menjadi alasan bagi the Fed untuk menerapkan kebijakan pengetatan moneter yang agresif untuk menurunkan level inflasi tersebut," kata dia.

Baca juga: Walmart Pangkas Proyeksi Pendapatan, Wall Street Ditutup Merah

Selain itu, sentimen negatif terhadap nilai tukar rupiah juga datang dari Dana Moneter Internasional (IMF) yang memangkas proyeksi pertumbuhan 2022 dan 2023 sebesar 0,4 dan 0,7 poin menjadi 3,2 persen dan 2,9 persen dibandingkan proyeksi bulan April lalu.

"Rilis ini memvalidasi kekhawatiran pasar terhadap potensi resesi global karena inflasi tinggi," ucap Ariston.

Baca juga: Harga Minyak Mentah Dunia Turun Jelang Rilis Cadangan Minyak Strategis AS

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com