Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Tegaskan Tak Ada Niat Boikot Ekspor CPO ke Uni Eropa

Kompas.com - 10/02/2023, 09:38 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebukan setop ekspor kelapa sawit ke Uni Eropa bukan menjadi pilihan untuk diputuskan.

“Setop ekspor bukan merupakan hal yang dibahas dan kita sebagai negara yang juga melakukan impor ekspor tentu itu tidak menjadi pilihan,” kata Airlangga saat konferensi pers bersama Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato Sri Fadillah Yusof, dikutip dari Antara, Jumat (10/2/2023).

Dalam kesempatan tersebut, Indonesia dan Malaysia bersepakat berkunjung ke Uni Eropa dengan misi bersama mengomunikasikan dan mencegah konsekuensi yang tak diinginkan ke sektor kelapa sawit dari peraturan komoditas bebas deforestasi yang diresmikan Uni Eropa.

Peraturan yang dimaksud Airlangga ialah Undang-Undang (UU) Produk Bebas Deforestasi yang disahkan Uni Eropa pada 6 Desember 2022.

Baca juga: UMK atau UMR Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan 2023

UU tersebut akan melarang masuknya produk terkait deforestasi, seperti kedelai, daging sapi, kopi, dan beberapa turunan minyak sawit.

“Tidak ada boikot-boikotan (dari Indonesia untuk melarang ekspor kelapa sawit). Jadi saya rasa kita tidak perlu merespons apa yang tidak ada,” ujar Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, secara resmi Indonesia menyerahkan keketuaan Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) kepada Malaysia yang akan menjadi Ketua CPOPC pada tahun 2023.

Dengan penyerahan CPOCP, Menteri Perladangan dan Komoditas Malaysia Dato Sri Fadillah Yusof memastikan ada misi utama yang disusun dalam rangka kunjungan Indonesia dan Malaysia ke Uni Eropa.

Baca juga: Gaji UMK atau UMR Jember 2023 Terbaru

Misi tersebut akan menerangkan tentang bagaimana Indonesia dan Malaysia berkomitmen menjaga alam sekitar dalam membangun ekonomi melalui kelapa sawit.

Keberangkatan Indonesia dan Malaysia menemui Uni Eropa turut membawa para pekebun kecil untuk menyampaikan suara mereka mengenai kelapa sawit dan pengalaman mereka bekerja di industri kelapa sawit.

“Kita berangkatkan (menerangkan) bukan hanya dalam scientific, fakta, dan ekonomi, tapi juga dalam konteks sosial, di mana kita akan bawa bersama pekebun-pekebun kecil untuk beri suara dan pandangan untuk beri maklumat," jelas Fadillah Yusof.

"Supaya kita dapat memberi maklumat sebenar-benarnya kepada Uni Eropa (tentang) apa yang telah diamalkan di Malaysia dan Indonesia. (Upaya ini dilakukan) bukan hanya untuk industri peladang, tetapi untuk memperjuangkan hak-hak pekebun kecil keluar dari garis kemiskinan,” ujar dia.

Baca juga: Gaji UMK atau UMR Lamongan 2023 Terbaru

Lebih lanjut, Menteri asal Malaysia itu mengharapkan komitmen Indonesia dan Malaysia dalam Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) maupun Malaysian Sustainable Palm Oil (MSPO) bisa diterima oleh Uni Eropa dan dunia global.

“Di sinilah sasaran kita, bagaimana CPOPC bisa diterima dan segala standar yang kita bangun (terkait pengembangan industri kelapa sawit) akan diterima di tingkat global,” ujar Dato Sri Fadillah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com