Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Bank Ekspansi ke Digital, Bagaimana Nasib Uang Kartal di Indonesia?

Kompas.com - 03/08/2023, 16:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Beberapa tahun belakangan ini, sektor perbankan sangat ekspansi beralih ke digital. Beberapa nama besar bank digital di antaranya Bank Jago, Bank BCA Digital (Blu), Allo Bank, Bank SeaBank Indonesia, Bank Neo Commerce (BNC), Bank Raya, dan Bank Aladin Syariah.

Business Development Advisor BEI Poltak Hotradero mengatakan, uang digital tidak akan menggantikan uang fisik atau kartal. Namun demikian, ada potensi penurunan kegunaan dari uang kartal, mengingat banyak manfaat dari uang digital.

“Kedepannya, China termasuk Uni Eropa yang juga akan masuk ke Central Bank Digital Currency (CDBC). Dari Bank Indonesia (BI) concern-nya karena uang digital itu punya beberapa masalah, di sisi lain uang digital memberikan kemudahan, seperti penyaluran kredit,” kata Poltak di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Baca juga: Sudah Sejauh Mana Pembahasan Rupiah Digital?

Poltak mengtakan, penggunaan uang fisik hingga saat ini masih didominasi oleh kalangan usia tua. Di sisi lain, ada penggunaan uang kartal juga memiliki kelemahan seperti kerusakan fisik yang terjadi, hingga potensi kejahatan seperti money laundering, dan pencurian.

“Uang tunai fisik kertas itu tidak akan hilang begitu saja, karena itu menjadi bagian dari indentitas nasional. Apakah uang fisik akan menghilang? saya rasa tidak. Tapi perannya akan semakin berkurang, dan itu adalah kepastian. Apalagi, di berbagai negara Bank Centralnya juga sudah bergerak ke arah CBDC,” lanjut dia.

Polak menceritakan, di luar Pulau Jawa, uang kartal cenderung memiliki rupa yang kurang baik. Seperti misalkan, di Labuan Bajo, yang mana perputaran uang sangat cepat sekali, sementara jumlah suplai relatif terbatas.

Baca juga: Masa Depan Rupiah Digital

Bank Indonesia bisa saja menambah atau mengganti jumlah tersebut, namun biaya logisitik yang harus ditanggung tidaklah murah. Dengan bentuk uang digital, maka perputaran ekonomi akan semakin baik, dan penyaluran kredit ke UMKM akan lebih mudah.

“Misalkan, UMKM pakan ikan bisa bayar menggunakan QRIS. Dengan begitu, pembayaran tersebut bisa menjadi kolateral untuk pengajuan pinjaman. Berbeda halnya jika menggunakan cash, (ribet) karena harus setor dulu ke bank,” ungkap dia.

“Dengan digitalisasi ini, kendala jarak, dan logistik bisa terhapuskan, dan pemerataan ekonomi, serta pinjaman atau kredit bisa dipercepat, yang mana saat ini (terkendala) karena (uang fisik),” ujarnya.

Baca juga: BI: Mata Uang Digital Bank Sentral Perlu Dipromosikan di Kawasan ASEAN

 


Menurut Poltak, dengan uang fisik masih diperlukan, sementara di sisi lain penyaluran kredit secara digital akan lebih menguntungkan karena, tidak ada biaya-biaya yang menyertainya. Selain itu juga, metode digital bisa langsung masuk ke sistem pengawasan elektronik BI.

“Tapi, BI tidak sendiri. Seluruh dunia begerak ke arah sana. Pasti masih ada segmen masyarakat yang perlu uang kertas, yang merupakan aspek budaya, yang tidak mungkin terhapuskan dalam 1-2 generasi kedepan,” tegas Poltak.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com