Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Hengkang, SKK Migas Sebut Banyak Perusahaan yang Antre Garap Blok Tuna

Kompas.com - 24/08/2023, 11:10 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan migas asal Rusia, Zarubezhneft memutuskan hengkang dari proyek pengembangan Blok Tuna. Hal ini buntut dari konflik antara Rusia, Ukraina, dan negara-negara barat.

Zarubezhneft diketahui akan melepas hak partisipasinya yang sebesar 50 persen di Blok Tuna, dan batal bermitra dengan perusahaan migas asal Inggris, Harbour Energy.

Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan, sanksi barat yang diberikan kepada Rusia atas invasi ke Ukraina telah berdampak pada pengembangan migas di Blok Tuna.

Zarubezhneft dan Harbour Energy tak bisa bermitra untuk mengelola Blok Tuna, sehingga proyek pengembangan pun menjadi mandek saat ini.

Baca juga: Jurus SKK Migas Tertibkan Sumur Minyak Ilegal

"Perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara barat, dari Eropa, UK, AS, itu melakukan sanksi terhadap Rusia. Jadi mohon maaf apapun yang terjadi transaksi tidak dibolehkan sama sekali, apalagi ber-partner," ungkapnya di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

"Itulah yang membuat tadinya ZN (Zarubezhneft) sebagai partner 50:50 itu terpaksa harus mundur, karena kalau tidak, tidak bisa jalan lah proyek ini. Kan istilahnya dua-duanya engga bisa bersatu karena sanksi itu," lanjut Nanang.

Hengkangnya Zarubezhneft pun perlu digantikan dengan perusahaan migas lainnya untuk bermitra dengan Premier Oil Tuna BV, anak usaha Harbour Energy yang akan mengelola Blok Tuna.

Menurut Nanang, sudah banyak perusahaan yang menyatakan berminat untuk berinvestasi pada proyek pengembangan Blok Tuna tersebut.

"Jadi yang mengantre menggantikan posisi ZN, itu belasan, yang pusing Harbour memilih perushaan mana yang cocok," kata dia.

Ia menuturkan, dalam proses pencarian mitra baru ini, Harbour Energy memiliki hak untuk memilih. Namun transaksi dengan mitra baru tersebut nantinya akan tetap dilakukan oleh Zarubezhneft.

Baca juga: SKK Migas Targetkan Investasi Eksplorasi Capai Rp 45 Triliun

Nanang pun berharap proses pergantian mitra ini bisa segara rampung. Apalagi rencana pengembangan atau plan of development (PoD) sudah siap.

"Ini PoD-nya sudah ada, tinggal eksekusi," imbuh dia.

Adapun dalam PoD tersebut, nantinya hasil migas dari Blok Tuna akan diekspor ke Vietnam. Hal ini dikarenakan jarak pengirimannya yang lebih dekat ke Vietnam dibandingkan disalurkan ke dalam negeri.

"Memang rencana komersialisasinya ke Vietnam. Karena jarak, kalau ditarik ke Indonesia, kebutuhan pasar domestik itu 600 kilometer, tapi kalau ditarik kepada eksisting production facilities yang ada itu hanya kira-kira 20 kilometer, itu yang menjadi pilihan," ungkap Nanang.

Sebagai informasi, sebelumnya dalam proyek pengembangan Blok Tuna ini, Zarubezhneft melalui anak usahanya ZN Asia Ltd memiliki hak partisipasi sebesar 50 persen, sementara 50 persen dimiliki oleh Harbour Energy melalui anak usahanya, Premier Oil Tuna BV.

Baca juga: Ada Kasus Dugaan Korupsi, Operasional Blok Mandiodo Disetop

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com