Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sederet Faktor yang Bakal Hambat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Kompas.com - 30/08/2023, 05:41 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mandiri Institute melaporkan ada beragam potensi risiko yang dapat menjadi ancaman bagi kondisi ekonomi Indonesia. Hal itu juga akan berdampak pada penerimaan perpajakan Indonesia.

Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono mengatakan, sekurang-kurangnya terdapat enam ancaman pasca-pandemi yang dapat berpengaruh pada ekonomi Indonesia.

"Satu adalah geopolitik itu kan masih belum stabil. Perang Rusia-Ukraina belum jelas penyelesaiannya seperti apa," kata dia dalam Seminar bertajuk Sudah Tepatkan Arah Kebijakan Pajak Kita dalam RAPBN 2024, Selasa (29/8/2023).

Baca juga: Vietnam Gabung RPC ASEAN: Jalan Pertumbuhan Ekonomi Regional

Selain itu, risiko kedua yang turut mengancam adalah inflasi AS yang relatif tinggi. Hal tersebut dapat memantik keputusan bank sentral menaikkan suku bunga acuan, terutama di negara maju demi meredam inflasi.

Sebagai contoh, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) memberikan penyataan jika kondisi ke depan semakin hawkish. Hawkish merupakan isyarat kenaikan suku bunga acuan yang diambil dari kata hawk atau elang yang agresif.

Bahkan strategi yang dianut The Fed dalam menaikkan suku bunga membuat 3 bank regional di AS kolaps. Hal ini juga turut diwaspadai sebagai faktor ketiga yang berpengaruh pada ekonomi Indonesia.

Baca juga: 7 Kuartal Ekonomi Indonesia di Atas 5 Persen, Sri Mulyani: Ini Tidak Mudah

Ancaman keempat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi global yang melambat. Resesi yang terjadi di beberapa negara maju akan berpengaruh pada permintaan ekspor dari Indonesia.

Rentetan ancaman tersebut akan berpengaruh pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Baca juga: Jokowi Proyeksikan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,2 Persen pada 2024

Faktor kelima yakni ancaman inflasi tinggi yang juga menghantui Indonesia.

"Meskipun mulai melambat, tetapi kita melihat adanya potensi (inflasi) masih relatif tinggi, kita lihat ke depannya, karena BI rate masih relatif tinggi," imbuh dia.

Faktor keenam, Indonesia menghadapi penurunan surplus perdagangan Indonesia. Resesi global menciptakan masalah yang berdampak pada permintaan eksternal Indonesia.

"Itu yang menunjukkan beberapa risiko yang akan kita hadapi ke depannya," tutup dia.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,17 Persen, Sri Mulyani: Di Atas Ekspektasi Mayoritas Analis Pasar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Apakah Gopay Bisa Tarik Tunai?

Earn Smart
Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Limit Tarik Tunai BRI Simpedes dan BritAma di ATM

Earn Smart
Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BNI via HP Antiribet

Earn Smart
Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Apakah DANA Bisa Tarik Tunai? Bisa Pakai 5 Cara Ini

Whats New
OJK Terbitkan Aturan 'Short Selling', Simak 8 Pokok Pengaturannya

OJK Terbitkan Aturan "Short Selling", Simak 8 Pokok Pengaturannya

Whats New
2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

2 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu Mandiri di ATM Pakai HP

Earn Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BCA Modal HP

Spend Smart
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap di Atas 5 Persen

Whats New
Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Pada Pertemuan Bilateral di Kementan, Indonesia dan Ukraina Sepakati Kerja Sama Bidang Pertanian

Whats New
Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Semakin Mudah dan Praktis, Bayar PKB dan Iuran Wajib Kini Bisa lewat Bank Mandiri

Whats New
Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Ketidakpastian Global Meningkat, Sri Mulyani: Sistem Keuangan RI Masih dalam Kondisi Terjaga

Whats New
Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintah Anda

Pesan Luhut ke Prabowo: Jangan Bawa Orang-orang "Toxic" ke Dalam Pemerintah Anda

Whats New
Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

Barang Bawaan Pribadi dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Ini Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Bangun Pemahaman Kripto di Tanah Air, Aspakrindo dan ABI Gelar Bulan Literasi Kripto 2024

Rilis
Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Terbitkan Permentan Nomor 1 Tahun 2024, Mentan Pastikan Pupuk Subsidi Tepat Sasaran

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com