Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menyiasati Tingginya Biaya Medis dengan Asuransi

Kompas.com - 13/09/2023, 18:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Biaya medis diproyeksikan akan terus tumbuh karena inflasi medis yang melambung.

Ariska Sinaga dari Rumah Sakit Premier Bintaro menjelaskan, inflasi biaya medis dipengaruhi oleh biaya operasional, suplai, administrasi, dan fasilitas kesehatan.

"Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan dan kemajuan teknologi terbaru dari dunia medis berperan membuat biaya kesehatan terus naik," kata dia dalam Media Workshop Allianz Life, Rabu (13/9/2023).

Baca juga: Tanpa Asuransi, Masyarakat Akan Terbebani Peningkatan Biaya Medis

Ia menambahkan, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan 2023, rasio dokter dibandingkan jumlah penduduk di Indonesia adalah 0,58 per 1000 penduduk.

Sementara itu, World Health Organization (WHO) menganjurkan standar ideal adalah 1 dokter untuk 1.000 penduduk.

Meskipun demikian, peningkatan inflasi medis ini belum diikuti dengan kesadaran masyarakat untuk mengelola keuangannya.

Baca juga: Ada Inflasi Biaya Medis, Ini Tips agar Masyarakat Tak Terbebani

Di sisi lain, Perencana Keuangan dan Founder Daya Uang Metta Anggriani mengatakan, itu disebabkan karena tren kenaikan biaya medis lebih tinggi dari kenaikan gaji karyawan secara tahunan.

Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri mencatat, kenaikan rata-rata gaji tahunan karyawan 1,8 persen.

"Masyarakat perlu mengatur budget dan membuat pos-pos kebutuhan untuk menjaga kesehatan setiap bulannya, termasuk menebalkan dana darurat," ungkap dia.

Namun begitu dalam menghadapi inflasi medis, masyarakat memerlukan asuransi kesehatan.

Baca juga: BPJS Kesehatan Bantah Bangkrut gara-gara Tanggung Biaya Medis Orang Kaya

Dalam kesempatan yang sama Chief Product Officer Allianz Life Indonesia Himawan Purnama mengungkapkan, meskipun klaim asuransi kesehatan terus tumbuh, masih banyak masyarakat yang membayar biaya kesehatan menggunakan tabungan sendiri.

Data dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 2019 menunjukkan, ada 61 persen masyarakat Indonesia yang masih membayar biaya kesehatan dengan uang pribadi.

"Perusahaan asuransi juga terimbas, klaim meningkat berarti ada sesuatu terjadi. Apakah semakin banyak masyarakat yang sakit atau biaya medis terus meningkat, itu normal," terang dia.

Baca juga: AAJI Paparkan Pentingnya Asuransi Kesehatan di Tengah Inflasi Medis

 


Ketika klaim dan biaya medis meningkat, perusahaan asuransi juga akan menyesuaikan biaya asuransi (repricing).

Namun, peningkatan biaya asuransi ini tidak langsung berarti premi yang dibayarkan nasabah akan naik. Itu masih dipengaruhi oleh produk yang dimiliki tiap-tiap nasabah.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk memiliki asuransi pada usia yang muda. Hal tersebut karena kemungkinan premi yang dibayarkan akan relatif lebih rendah.

"Prinsipnya adalah semakin muda, semakin baik," ungkap dia.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com