JAKARTA, KOMPAS.com - PT PLN (Persero) mengungkapkan potensi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Pantai Utara Jawa (Pantura). Listrik yang dihasilkan pembangkit tenaga angin itu diyakini akan lebih murah.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dengan perkembangan teknologi, kini memungkinkan membangun PLTB di Pantura. Lantaran, ketinggian PLTB saat ini bisa dibangun mencapai 140 meter dari sebelumnya hanya 70 meter.
"Potensi PLTB dengan teknologi lama akan sulit diterapkan di Pantai Jawa tapi dengan teknologi baru bisa ditempatkan di Pantai Utara Jawa," ujarnya dalam acara Road to Investment Days 2024: Powering The Future: Sustainable Energy Transformation for Indonesia di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu (6/3/2024).
Baca juga: PLN Gandeng Adaro Power-Total Eren, Bangun PLTB di Kalimantan Selatan
Darmawan menjelaskan, jika menerapkan PLTB dengan ketinggian 70 meter di Pantura, maka kecepatan angin yang didapatkan hanya 4,5 meter per detik dengan kapasitas faktornya hanya sekitar 19 persen. Dia bilang, kondisi ini tidak layak untuk komersial.
"Tapi begitu menggunakan teknologi baru ketinggiannya 140 meter, kecepatan meningkat sampai 6,5-7 meter per detik dan kapasitas faktornya meningkat menjadi 30-32 persen," jelas dia.
Baca juga: PLN Peroleh Lelang Pembangunan PLTB dengan Tarif Terendah Sepanjang Sejarah
Secara produksi listrik juga lebih besar jika menggunakan teknologi terbaru. Ia menuturkan, dahulu dengan tinggi 70 meter hanya menghasilkan listrik 7 megawatt (MW), namun dengan tinggi 140 meter kini kapasitasnya meningkat dua kali lipat.
Dari sisi harga, Darmawan bilang, dengan teknologi lama, harga listrik yang dihasilkan PLTB sebesar 11 sen per kilowatt hour (kWh). Tetapi kini dengan teknologi yang baru, harga listrik yang dihasilkan PLTB menjadi berkisar 5,5-6 sen.
"Artinya dengan adanya inovasi maka biaya listrik dari energi baru terbarukan semakin turun. Dulu kalau bicara energi murah, itu kotor, dan kalau bicara energi bersih, itu mahal. Sekarang yang bersih itu murah, dan ini berkat adanya inovasi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya