DEEN HAG, KOMPAS.com - Para pengusaha Belanda tertarik berinvestasi pada sektor energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia. Sejumlah BUMN pun digandeng untuk pengerjaan proyek EBT seperti solar panel, hidrogen, dan hidro.
Minister Counsellor Embassy of The Republic of Indonesia, Royhan Nevy Wahab mengatakan, setidaknya saat ini ada BUMN PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero) yang sedang menjajaki kerja sama pengembangan EBT dengan perusahaan maupun investor Belanda.
Ada tiga proyek yang sedang digarap oleh kedua BUMN tersebut dengan total nilai investasi mencapai 585 juta euro atau sekitar Rp 10,16 triliun (asumsi kurs Rp 17.380 per euro)
"Jadi itu nilai-nilai yang sebetulnya, kalau misalnya itu terealisasi, itu nilai yang sangat besar, terutama bagi Indonesia," ujar Royhan saat ditemui di KBRI Den Haag, Belanda dikutip Selasa (21/5/2024).
Baca juga: Penuhi Kebutuhan Listrik EBT Masa Depan, PLN Bidik Energi Nuklir hingga Amonia
Ia menjelaskan, salah satu proyek yang dikerjakan Pertamina adalah kerja sama di bidang solar panel dengan Hyet Solar Netherlands BV (Hyet Solar) untuk mengembangkan manufaktur photovoltaic (PV) foil. Nilai proyek ini untuk tahap awal sebesar 225 juta euro.
Proyek itu dikerjakan melalui Pertamina Power Indonesia sebagai Subholding Power & New Renewable Energy (Pertamina NRE). Saat ini tahapan kerja sama kedua perusahaan sudah mencapai persetujuan joint venture agreement.
"Diharapkan adanya pendirian joint venture company di antara investor Belanda dengan Pertamina Power Indonesia," kata dia.
Adapun dalam kerja sama ini, Hyet Solar mengusung teknologi pv foil bernama Solar Powerfoil, yakni berupa film tipis yang dibuat dari lapisan sel surya berbahan silikon amorf dan mikro-kristal, dengan bentuk seperti foil setebal 0,5 mm yang dapat digulung.
Kelebihan dari teknologi PV foil adalah efisiensi dari sisi pemasangannya karena bisa dipasang di berbagai macam permukaan.
Baca juga: Ekosistem EBT RI Akan Ditopang Pembangkit Hidro dan Geothermal
Selain solar panel, Pertamina juga sedang menjajaki kerja sama dengan investor Belanda dalam pengembangan hidrogen hijau di wilayah Banten. Nilai investasi dari proyek ini berkisar 350 juta euro.
"Sekarang ini tahapannya masih joint feasibility studies. Tapi harapannya adalah, dalam waktu satu tahun ke depan, proses joint venture agreement-nya sudah dapat diselesaikan," ungkap Royhan.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya