Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekosistem EBT RI Akan Ditopang Pembangkit Hidro dan Geothermal

Kompas.com - 25/03/2024, 21:41 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah bersama PLN akan merilis Rencana Usaha Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) yang baru dalam waktu dekat.

Dalam desain RUKN terbaru ditetapkan bahwa ekosistem energi baru terbarukan (EBT) Indonesia akan ditopang oleh pembangkit berbasis hidro dan geothermal sebesar 32 Gigawatt (GW) serta pembangkit berbasis surya dan angin sebesar 28 GW.

Hal itu disampaikan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam "High-Level Business Meeting" PLN-CEEC di Jakarta, Kamis (21/03/2024) lalu.

"Di sana akan diatur terkait pembangunan pembangkit EBT skala besar dan "green transmission line" yang menghubungkan antar pulau di tanah air," ujar Darmawan melalui keterangannya, Selasa (25/3/2024).

Selanjutnya, pengembangan "green transmission line" akan berperan krusial untuk menyalurkan listrik hijau antarpulau.

Baca juga: Peran Gas dalam Transisi Energi Sangat Penting untuk Dampingi EBT

Kerja sama dengan perusahaan China

PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Indonesia Power meneken kerja sama dengan dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC). Kerja sama dengan skema Joint Development Studi Agreement (JDSA) diteken di Jakarta, Kamis (21/03/2024) lalu.DOK. PLN IP PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Indonesia Power meneken kerja sama dengan dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC). Kerja sama dengan skema Joint Development Studi Agreement (JDSA) diteken di Jakarta, Kamis (21/03/2024) lalu.

Darmawan menjelaskan, sebagai pemain kunci dalam agenda transisi energi di tanah air, PLN terus menjalin sinergi dengan mitra nasional dan global untuk mengakselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) secara masif.

Untuk itu, PT PLN (Persero) melalui Sub Holding PLN Indonesia Power meneken kerja sama dengan dengan China Energy Engineering Group Co., Ltd (CEEC). Kerja sama dengan skema Joint Development Studi Agreement (JDSA) diteken di Jakarta, Kamis (21/03/2024) lalu.

Dalam kerja sama ini, Sulawesi bakal jadi lokasi pengembangan proyek energi hijau secara komprehensif. Kerja sama sejalan dengan agenda Pemerintah untuk mencapai "Net Zero Emissions" (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat.

Baca juga: Indonesia Butuh Rp 2.300 Triliun untuk Kembangkan Pembangkit EBT

Pengembangan "green transmission line" tersebut akan berperan krusial untuk menyalurkan listrik hijau antarpulau.

”Ada "mismatch" antara lokasi sumber hidro dan geothermal dengan pusat beban. Untuk itu, kita perlu menghubungkan Sumatera ke Jawa, Kalimantan ke Jawa, Nusa Tenggara Timur ke Jawa, Kalimantan ke Sulawesi, yang di dalamnya akan ada proyek besar perancangan dan pengembangan green transmission line," lanjut Darmawan.

Board Chairman of CEEC Group, Song Hailiang mengatakan, pihaknya siap mendukung Pemerintah Indonesia dalam mencapai NZE di tahun 2060 atau lebih cepat.

Dalam hal ini CEEC optimistis karena telah memiliki sejarah panjang kerja sama pengembangan EBT dengan PLN.

”Indonesia merupakan mitra penting Tiongkok dalam bersama-sama membangun dan berkontribusi terhadap target NZE 2060 di Indonesia,” tutup Song.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com