Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Pelemahan Rupiah Pengaruhi Laju Pertumbuhan Pasar Saham

Kompas.com - 19/06/2024, 16:11 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus mengalami tren pelemahan. Hal ini turut mengerek Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sampai di level 6.000-an dari semula ada di level 7.000-an.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Josua Pardede menjelaskan, pelemahan nilai tukar rupiah memang dapat memengaruhi pergerakan IHSG.

"Pelemahan nilai rupiah akan berpotensi memengaruhi emiten atau perusahaan yang mengimpor bahan baku dengan biaya yang lebih tinggi, sehingga berpotensi menurunkan margin keuntungan dari perusahaan," kata dia kepada Kompas.com, Rabu (19/6/2024).

Baca juga: Dollar AS Terus Tekan Rupiah, Ini Penyebabnya Menurut Ekonom

Sebaliknya, ia bilang, emiten atau perusahaan yang berorientasi ekspor dapat memperoleh keuntungan karena produk jadi lebih kompetitif di pasar internasional.

Josua memerinci, pelemahan rupiah juga berpotensi mendorong keluarnya investor asing dari pasar saham domestik untuk menghindari risiko valuta asing, yang bisa menyebabkan penurunan harga saham di IHSG.

Seiring dengan itu, pelemahan rupiah juga berpotensi mendorong imported inflation yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat inflasi nasional.

Dalam waktu bersamaan, hal ini juga akan mempengaruhi daya beli konsumen dan mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa.

Josua menilai, perkembangan di pasar keuangan domestik saat ini dipengaruhi oleh sentimen dari pasar keuangan global.

"Oleh karena itu, tekanan pada nilai tukar rupiah dan pasar keuangan domestik diperkirakan akan cenderung sementara.," terang dia

Di sisi lain, Josua menilai Indonesia memiliki kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang relatif solid. Itu tercermin dari inflasi yang terkendali, kondisi keseimbangan eksternal tetap terjaga, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang solid.

"Maka potensi ruang penguatan dari nilai tukar rupiah dan pasar keuangan domestik pun juga akan lebih terbuka ke depannya," tandas dia.

Sebagai informasi, dalam sebulan terakhir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemaham sekitar 6,4 persen. Pelemahan ini juga turut memengaruhi harga saham.

Sebagai contoh, saham big caps di sektor perbankan, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tergelincir 4,4 persen dalam sebulan. Selain itu, emiten milik Prajogo Pangestu, PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN) merosot 16,8 persen dalam sebulan

Dalam waktu yang bersamaan, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tengah berada dalam tren depresiasi.

Kurs mata uang Garuda telah menembus level psikologis Rp 16.400 per dollar AS.

Sejumlah pengamat memproyeksi, depresiasi rupiah masih berlanjut dalam jangka waktu menengah. Hal ini seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan yang tetap tinggi sehingga mendongkrak indeks dollar AS dan menekan kurs mata uang lain, termasuk rupiah.

Baca juga: IHSG Ambles 6,4 Persen dalam Sebulan, Investor Harus Bagaimana?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ditopang Bea Masuk, Penerimaan Bea dan Cukai Batam Tembus Rp 176 Miliar Per Mei 2024

Ditopang Bea Masuk, Penerimaan Bea dan Cukai Batam Tembus Rp 176 Miliar Per Mei 2024

Whats New
BEI Bukukan Laba Bersih Rp 578,67 Miliar pada 2023

BEI Bukukan Laba Bersih Rp 578,67 Miliar pada 2023

Whats New
Wall Street Ditutup Menguat Berkah Kenaikan Harga Saham Teknologi

Wall Street Ditutup Menguat Berkah Kenaikan Harga Saham Teknologi

Whats New
IFG Life Resmi Akuisisi 80 Persen Saham Mandiri Inhealth

IFG Life Resmi Akuisisi 80 Persen Saham Mandiri Inhealth

Whats New
Ditopang Bea Masuk, Penerimaan Bea dan Cukai Batam Tembus Rp 176 Miliar Per Mei 2024

Ditopang Bea Masuk, Penerimaan Bea dan Cukai Batam Tembus Rp 176 Miliar Per Mei 2024

Whats New
[POPULER MONEY] Fenomena 'Makan Tabungan' Terjadi di Kelas Menengah Bawah RI | Kimia Farma Tutup 5 Pabrik

[POPULER MONEY] Fenomena "Makan Tabungan" Terjadi di Kelas Menengah Bawah RI | Kimia Farma Tutup 5 Pabrik

Whats New
Potensinya Besar, Bappebti Ajak Industri Jaga Citra Positif Kripto

Potensinya Besar, Bappebti Ajak Industri Jaga Citra Positif Kripto

Whats New
Biaya Marginal: Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Cara Menghitungnya

Biaya Marginal: Pengertian, Tujuan, Fungsi, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
BPJS Ketenagakerjaan Catat Hasil Investasi Rp 21,97 Triliun per Mei 2024

BPJS Ketenagakerjaan Catat Hasil Investasi Rp 21,97 Triliun per Mei 2024

Whats New
Potensi RI 'Cuan' dari Program Tangkap-Simpan Karbon Besar, Jangan Sampai Disalip Malaysia

Potensi RI "Cuan" dari Program Tangkap-Simpan Karbon Besar, Jangan Sampai Disalip Malaysia

Whats New
Menakar Keunggulan Kawasan Bebas Batam untuk Menarik Investasi

Menakar Keunggulan Kawasan Bebas Batam untuk Menarik Investasi

Whats New
Asosiasi Apresiasi Upaya Pemerintah 'Selamatkan' Industri Tekstil Nasional

Asosiasi Apresiasi Upaya Pemerintah "Selamatkan" Industri Tekstil Nasional

Whats New
Gandeng 4 Perusahaan Logistik, Shopee Beri Garansi Tepat Waktu

Gandeng 4 Perusahaan Logistik, Shopee Beri Garansi Tepat Waktu

Whats New
Penuhi Komitmen ESG, Infomedia Tanam 1.000 Pohon di TN Gunung Gede Pangrango

Penuhi Komitmen ESG, Infomedia Tanam 1.000 Pohon di TN Gunung Gede Pangrango

Whats New
Cara Transfer GoPay ke DANA

Cara Transfer GoPay ke DANA

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com