Pasalnya, potensi tumpahan minyak diperkirakan masih terus berlanjut baik jangka pendek maupun jangka panjang, meski saat ini Pertamina mengklaim hanya tersisa 10 persen atau sekitar 300 barrel per hari dari volume awal 3.300 barrel.
"Ini memang sudah ditangani dan di-handle, Pertamina harus memastikan bahwa recovery ini tidak hanya berjalan sekarang saja, tapi seterusnya sampai masa recovery selesai. Karena dampaknya juga berjalan di lingkungan," kata Susi Pudjiastuti di Jakarta, Kamis (1/8/2019).
Dia pun mengimbau Pertamina untuk memiliki stok oil boom yang banyak. Seluruh pihak termasuk Pertamina juga harus mengambil pelajaran dari kejadian ini.
"Dari kejadian ini, pertamina memang harus memiliki stok oil boom yang banyak. Karena kalau punya oil boom yang lebih banyak, si likuid (minyak mentah) ini tidak akan sampai ke pesisir," ungkap Susi.
Susi memaklumi bahwa menjaga 200 sumur minyak di pantai Utara Jawa bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih, banyak kendala yang menghadang saat pengevakuasian minyak, seperti minimnya tenaga bantu dan akses jalan yang susah.
"Saya juga meninjau sendiri pakai helikopter dan melihat penanganan sudah optimal. Namun kendala memang ada, kadang-kadang angin mempermudah mobilisasi minyak mentah ini tercecer ke mana-mana, beberapa wilayah Pantura juga enggak punya akses jalan," ungkap dia.
Susi menambahkan, laut Indonesia yang begitu luas punya potensi kecelakaan yang tidak direncanakan, seperti kebocoran minyak Pertamina saat ini.
"Laut punya banyak potensi termasuk kecelakaan, tidak direncanakan. Oleh karena itu, menjaga laut itu tidak mudah. Kesehatan laut menjadi hal yang paling penting karena sumber daya ikan dan potensi laut ada di situ semua," ucap Susi.
https://money.kompas.com/read/2019/08/01/174200626/menteri-susi-minta-pertamina-pastikan-tumpahan-minyak-teratasi-dengan-tuntas