Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Alasan Astra Terus Sasar Proyek Infrastruktur Jalan Tol

Keenamnya yakni Jalan Tol Tangerang-Merak, Kunciran-Serpong, Cikopo-Palimanan (Cipali), Semarang-Solo, Jombang-Mojokerto dan Surabaya-Mojokerto.

Sebenarnya, Astra yang telah berdiri sejak 1957 di Indonesia lebih dikenal dengan bisnis otomotifnya. Perusahaan membawahi penjualan sepeda motor merek Honda dan mobil mulai dari merek Toyota, Daihatsu, BMW, hingga Peugeot.

Namun, sayap bisnisnya melebar ke infrastruktur jalan tol, yang mencakup konsesi pembangunan dan pengelolaan jalan tol. Presiden Komisaris Astra International Prijono Sugiarto mengungkapkan, ada alasan dibalik perseroan yang kini melirik lini bisnis jalan tol.

Prijono menjelaskan, saat ia menduduki posisi stategis direksi yakni sebagai Direktur Astra tahun 2001-2010 dan Presiden Direktur Astra tahun 2010-2020, dirinya berupaya menyeimbangkan pendapatan perseroan tidak hanya dari penjualan otomotif.

"Saya ingin mem-balance dengan recurring income (pendapatan yang didapat tanpa melakukan penjualan dan sifatnya berulang) yang selalu kami dapatkan, pendapatan yang reguler," ungkapnya dalam diskusi virtual MarkPlus, Selasa (25/8/2020).

Ia mengatakan, saat Astra akan masuk ke bisnis jalan tol, banyak pemegang saham yang mempertanyakan aksi korporasi tersebut. Lantaran, keuntungan dari jalan tol baru bisa didapatkan dengan waktu cukup lama yakni setidaknya setelah 5 tahun.

"Tapi dari awalnya kami punya 1-2 jalan tol, dan menjadi 6 jalan tol, sekarang mereka (pemegang saham) yang bahkan nanyain lagi, ada opportunity (peluang) lagi enggak untuk masuk ke sana," ucapnya.

Prijono mennyatakan, jalan tol merupakan bisnis yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan yang tetap dan berulang bagi Astra.


Ia berkisah, pada tahun 2005 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih di sekitar 1.000-1.200 dollar AS per kapita. Saat itu, pemerintah memutuskan mengurangi subisidi bahan bakar minyak (BBM), hingga membuat harganya naik 100 persen.

Imbasnya adalah industri otomotif anjlok di tahun berikutnya. Ia bilang, pada tahun 2006 penjualan otomotif langsung jatuh 40 persen. Oleh sebab itu, ia ingin Astra memiliki lini bisnis yang tidak hanya bergantung pada penjualan.

"Nah ini kami imbangi antara recurring yang bisa selalu menjadi pendapatan yang pasti buat Astra, dengan pendapatan yang bergantung dengan purchasing power (daya beli), inflasi, dan kondisi ekonomi lainnya," jelas dia.

Ia mengakui, di tengah kondisi pandemi Covid-19 bisnis jalan tol turut terdampak karena adanya pemberlakukan PSBB oleh pemerintah. Di samping juga, banyak masyarakat yang memilih untuk mengurangi perjalanan guna menekan potensi penularan virus corona.

Tapi lagi-lagi Prijono melihat bisnis jalan tol memiliki peluang yang bisa lebih cepat untuk pulih ketimbang lini bisnis lainnya, seperti otomotif. Pengguna jalan tol diyakini akan kembali meningkat.

Mengingat pemerintah telah melakukan pelonggaran PSBB. Di sisi lain, di era new normal ini masyarakat juga akan lebih suka melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi ketimbang kendaraan umum.

"Berangsur-angsur jalan tol pulihnya akan lebih cepat, karena pada akhirnya orang enggak betah di rumah, setidaknya harus keliling-keliling. Bahkan, seperti yang di daerah Jawa Tengah, itu enggak ada yang berani naik kendaraan umum, jadi naik mobil mereka lewat Cipali atau lewat Semarang-Solo, yang itu tolnya punya Astra," paparnya.

Berinvestasi di jalan tol diakuinya memang membutuhkan permodalan yang besar. Setidaknya, sudah lebih dari Rp 15 triliun Astra mengalokasikan investasinya untuk bisnis jalan tol.

Namun, Prijono menekankan sekalipun dananya besar tetapi imbal hasil yang didapatkan juga cukup baik bagi perseroan. Oleh sebab itu, kedepannya Astra akan terus menambah kepemilikan jalan tol.


"Memang terlihat bahwa yang namanya jalan tol itu investasinya tinggi, tapi return-nya ini cukup menggiurkan," imbuh dia.

Ia menambahkan, sekalipun sektor infrastruktur turut tertekan di tengah pandemi, tapi itu bukan berarti Astra perlu berhenti untuk membidik peluang di sektor ini. Malahan, kata dia, perseroan akan terus mencari peluang untuk menambah portofolio investasinya di jalan tol.

"Kami akan terus lah, jangan karena pandemi ini malah berhenti untuk melihat, apalagi yah kami juga punya cash yang cukup kuat. Itulah yang sebabkan kami investasi di infrastruktur jalan tol, dibandingkan infrastruktur yang lainnya," ungkap Prijono.

Untuk diketahui, kinerja keuangan Astra sepanjang semester I-2020 memang turut terpengaruh pandemi, namun demikian perseroan masih mampu membukukan laba bersih.

Sepanjang Januari-Juni 2020, Astra mengantongi laba bersih sebesar Rp 11,4 triliun. Nilai itu naik 16 persen dibandingkan periode sama tahun lalu, lantaran ditopang hasil penjualan saham Bank Permata.

Tapi, tanpa penjualan tersebut laba bersih Astra hanya Rp 5,5 triliun di semester I-2020 atau turun 44 persen dari semester I-2019.

https://money.kompas.com/read/2020/08/26/110000626/alasan-astra-terus-sasar-proyek-infrastruktur-jalan-tol

Terkini Lainnya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Mendag Zulhas Terbitkan Aturan Baru Soal Batasan Impor, Ini Rinciannya

Whats New
Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Microsoft Komitmen Berinvestasi di RI Senilai Rp 27,54 Triliun, Buat Apa Saja?

Whats New
Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Allianz Syariah Tawarkan Asuransi Persiapan Warisan Keluarga Muda, Simak Manfaatnya

Whats New
Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Kini Beli Sepatu Impor Tak Dibatasi, Ini Penjelasan Mendag

Whats New
TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

TransNusa Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Suku Bunga BI Naik, ST012 Dinilai Lebih Menarik

Earn Smart
Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Kesejahteraan Buruh Tani Era Jokowi dan Tantangan bagi Prabowo

Whats New
3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

3,84 Juta Penumpang Naik LRT Jabodebek pada Kuartal I 2024

Whats New
Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Merger Tiktok Shop dan Tokopedia Dinilai Ciptakan Model Belanja Baru di Industri Digital

Whats New
Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Lowongan Kerja Perum Damri untuk SMA/SMK, Ini Persyaratan dan Cara Mendaftarnya

Work Smart
IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia, Ada Apa?

Whats New
Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Tak Mau Kejadian Nasabah Lempar Piring Saat Ditagih Kredit Terulang, PNM Kini Fokus Lindungi Karyawannya

Whats New
Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Bertemu Mendag Inggris, Menko Airlangga Bahas Kerja Sama JETCO dan Energi Bersih

Whats New
Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Sepatu Impor Sudah Diterima Pemilik, Siapa yang Tanggung Denda Rp 24,74 Juta?

Whats New
BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

BI: Biaya Merchant QRIS 0,3 Persen Tidak Boleh Dibebankan ke Konsumen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke