Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Resep Usaha Tas Kulit Abekani Tetap Moncer di Tengah Pandemi

Berbagai hal dilakukan para pelaku usaha agar bisnisnya tetap bisa berjalan meski terseok di tengah pandemi Covid-19. Ada yang bertahan, ada juga yang harus gulung tikar.

Christiana Tunjung, pengusaha tas kulit Abekani menjadi salah satu pelaku UMKM yang masih bertahan di tengah pandemi. Rahasianya yakni kekuatan komunitas.

Ia mengatakan, pesanan terhadap produknya bisa berjalan normal saat pandemi Covid-19.

"Pesanan kami jalan terus tiap hari. Di tengah pandemi ini, bisa dibilang kami sama sekali tidak terdampak. Jumlah kiriman pun sama seperti sebelum pandemi," ujarnya kepada Kompas.com, Selasa (20/10/2020).

Sejak awal pandemi Covid-19, Tunjung memang mendengar banyak pengrajin kulit mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK). Kabar tersebut ia dapat dari pengrajin kulit yang bekerja untuknya.

Mendengar cerita tersebut, ia pun langsung bersiap-siap untuk menurunkan jumlah produksi produknya. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar produk yang dibuat tidak berlebihan hingga membuat dia merugi.

Namun di luar dugaan, jumlah pesanan justru stbabil sekitar 2.000 item per bulan. Bahkan dalam 1 pengiriman, bisa berisi lebih dari 10 item yang berbeda.

Ia mengungkapkan, pesanan tersebut berasal dari Abekanian, panggilan komunitas pecinta produk tas kulit Abekani. Dia mengakui hampir 90 persen pesanan produknya berasal dari komunitas Abekanian.

"Mereka adalah para pelanggan setia tas kulit Abekani yang membuat nama menjadi Abekanian. Komunitas ini terdiri dari 28.000 anggota, mereka yang beli produk ini makanya saya masih bisa bertahan hingga saat ini," ungkapnya.

Usaha Tunjung dimulai pada 2012. Saat itu ia memproduksi tas perempuan dari bahan kulit nabati. Berbeda dari produk tas kulit lainnya yang menyentuh harga di atas Rp 1 juta, dia hanya membanderol produknya sebesar Rp 600.000 - Rp 800.000.

Saat itu, ia hanya memanfaatkan media blog dan Kaskus untuk memperkenalkan produknya.

Namun lantaran pesanan produknya mulai membludak, ia membuat akun Facebook untuk melayani transkasi penjualan. Pada saat berjualan di Facebook, lanjut dia, ada seorang member sebuah komunitas fesyen yang membeli produk Abekani dan melakukan review produk. 

"Intinya dia menulis di review-nya, bahwa produk tas saya harganya terjangkau tapi kualitas bagus. Dari sana lah mulai produk saya dikenal banyak orang," kata dia.

Kentalnya solidaritas komunitas membuat Tunjung harus berinovasi dengan cara berbeda. Sebelum memproduksi poduk, Tunjung kerap membuka sistem polling.

Tak jarang juga dia mengadakan lomba desain tas untuk para Abekanian. Pemenangnya pun akan mendapatkan tas kulit gratis dengan desainnya sendiri.

"Tak melulu soal bisnis, tapi bagaimana bikin mereka merasa bangga akan aktualisasi diri dan tentunya terlibat dengan Abekani. Karena mereka, selama pandemi ini penjualan saya tetap stabil. Saya sangat bersyukur dengan adanya mereka," ungkapnya.

Awalnya Tunjung harus bolak-balik mengantar produknya ke berbagai agen jasa pengiriman barang setiap harinya. Hal itu kerap membuat keterlambatan pengiriman.

Namun setelah itu, ia memutuskan untuk menggunakan layanan pengiriman JNE yakni jasa free pickup.

"Mungkin karena data dari JNE terlihat saya tiap hari ada pengiriman yah, makanya mereka langsung tanggap. Jadi pesanan saya yang banyak itu dijemput langsung oleh kurir JNE. Bahkan saya sampai kenal dekat dengan kurirnya," kata dia.

https://money.kompas.com/read/2020/10/21/103300726/resep-usaha-tas-kulit-abekani-tetap-moncer-di-tengah-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke