Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Para CEO Era Digtal Harus Paham Teori Kepribadian

Karena ada pelajaran besar saat ini, yang terlihat setelah kita mulai memasuki masa- masa akhir pandemi. Saya bukan bicara tentang teknologi, tapi saya bicara soal bagaimana gaya leadership Anda, dan interaksi, yang mungkin sudah KETINGGALAN ZAMAN.

Kita butuh sebuah style leadership yang lebih ideal di era digital post pandemi.

Karena apa yang terjadi dan sudah menjadi habit di era pandemi dengan dukungan fasilitas digital, tidak akan lagi raib begitu saja, tapi sudah jadi gaya baru yang harus dihadapi!
• Orang enggak akan lagi semudah itu keluar dari kenyamanan sofanya di rumah.
• Studio rumahan di ruang tamu mereka ga akan begitu saja dibongkar dan dilupakan.
• Karyawan yang sudah meraih income dengan gaya kerja mereka sendiri, baik jualan di Instagram ataupun kerja online, ga akan begitu saja mau mengikhlaskannya hanya karena ‘disuruh’.

Sederhananya, fenomena gaya kerja berdasarkan ‘kepuasan pribadi’ yang sudah Anda deteksi di kalangan milenial sebelum pandemi dan bikin orang HRD pusing 7 keliling, sekarang sudah menyebar ke kalangan umum!

Dulu Anda merasa millenial suka semaunya? Naaah siap- siaplah menghadapi karyawan dewasa yang gayanya jadi serupa.

Jadi kalau kemarin- kemarin Anda merasa perlu ada gaya memimpin baru untuk era milenial, bayangkan betapa Anda akan LEBIH membutuhkan gaya memimpin yang sangat berbeda untuk era post- pandemi ini!

Kalau begitu, apa gaya memimpin terbaik sekarang ini?

Gaya authentic leadership untuk era digital

Kita bisa menemukan atau merumuskan gaya leadership ideal untuk era digital dengan melihat beberapa habit generasi ini.
Misalnya, menurut riset akademis, ada beberapa sifat pekerja era digital dan generasi kreatif ini lebih cenderung:
• Ingin memiliki kebebasan dan ruang gerak dalam bekerja.
• Ingin mendapatkan kepuasan pribadi dalam aktivitas.
• Ingin merasa lebih didengarkan.
• Ingin mendapatkan ruang ekspresi dalam pekerjaannya.
• Ingin lebih menikmati dan bisa bersenang- senang dalam tanggung jawabnya.

Dengan melihat itu, kita bisa tahu bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan gaya kepemimpinan sekarang adalah dengan MEMAHAMI karyawan Anda lebih baik lagi, dan mampu menjalin hubungan autentik dengan mereka.

Di sinilah masuk gaya Authentic Leadership.

Authentic Leadership memiliki 5 unsur dalam matriksnya.
1. Passion.
2. Sikap dan Tingkah laku.
3. Hubungan baik.
4. Konsistensi.
5. Empati.

Inilah gaya memimpin berdasarkan PEMAHAMAN, hubungan, dan empati dengan anggota tim, yang menghargai karyawan Anda, dan memberikan kenyamanan yang mereka cari.

Jacinda Ardern, perdana Menteri New Zealand yang menggunakan gaya kepemimpinan ini, bukan hanya kini dianggap sebagai salah satu leaders PALING EFEKTIF di dunia oleh sejumlah besar media termasuk Harvard Business Review, tapi juga berhasil memimpin New Zealand menjadi negara pertama yang 100% bebas covid!

Kalau begitu, bagaimana menerapkan Authentic Leadership dalam organisasi dan bisnis Anda?

Teori kepribadian dan leadership era digital

Disinilah kita membutuhkan suatu metoda pemahaman kepribadian yang bisa membantu kita untuk memahami karyawan dan tim kita, agar kita bisa menerapkan kelima unsur Authentic Leadership dengan baik.

Teori kepribadian MBTI (Myers Briggs Type Indicator) membantu kita melakukan hal itu!
Dengan mengukur cognitive function seseorang, MBTI bisa membantu Anda memahami karyawan Anda dalam empat faktor dan dikotomi.

1. Extrovert dan Introvert
Mengukur bagaimana seseorang cenderung lebih nyaman dalam mendapatkan energi dan mengarahkan perhatiannya.

2. Sensing dan Intuition
Mengukur bagaimana seseorang menyerap dan menerima informasi.

3. Feeling dan Thinking
Mengukur bagaimana mereka berfungsi dalam mengambil keputusan.

4. Judging dan Perceiving
Mengukur bagaimana seseorang cenderung membuat rencana atau pola manajemennya.

Simak lebih jauh tentang penjelasan MBTI di video saya ini:

Lalu apa manfaatnya memahami ini untuk Authentic Leadership?
Dengan memahami teori kepribadian ini, Anda akan tahu bagaimana harus bersikap, berinteraksi, berkomunikasi, bahkan merancang kebijakan lebih baik lagi untuk karyawan Anda!

• Anda tahu gaya kerja dan gaya memimpin Anda lebih baik.
• Anda tahu karyawan yang cenderung lebih membutuhkan kebebasan, dan mana yang membutuhkan keteraturan.
• Anda tahu cara berkomunikasi dan mendengarkan tiap anggota tim lebih baik lagi.
• Anda tahu karyawan mana yang membutuhkan apresiasi lebih.
• Anda bisa membangun empati dan interaksi lebih baik.

Bahkan bukan hanya karyawan, Anda bisa memakai pemahaman ini untuk rekan bisnis dan klien Anda!

Jadi Anda lihat kan?

Di era dimana orang TIDAK LAGI mau semata didikte dan diperintah, gaya kepemimpinan otoriter atau bahkan ‘rodi’ tidak lagi efektif, apalagi efisien. Anda bisa saja ‘ngeramasin’ karyawan Anda sampai puas, tapi dengan satu klik, mereka bisa membuka LinkedIn dan say “bye bye” pada perusahaan Anda.

Sekarang, perhatikan turnover karyawan Anda.

Tingginya angka turnover itu menunjukkan bagaimana Anda membutuhkan pemahaman teori kepribadian dalam gaya memimpin Anda sekarang! Era digital post- pandemi menuntut Anda untuk melakukannya!

Ketika era sudah jauh berubah, dan mindset digital serta serba kemudahan menguasai kepala tim Anda, apakah Anda yakin masih mau rempong memakai gaya memimpin lama, tanpa pemahaman teori kepribadian?

https://money.kompas.com/read/2021/04/12/103800626/kenapa-para-ceo-era-digtal-harus-paham-teori-kepribadian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke