KOMPASIANA---Biasnya pembahasan mengenai pendidikan seks, barangkali, berbanding lurus dengan pemahaman orang-orang tentang pengetahuan seksual hingga pelecehan seksual di lingkungan seksual.
Padahal, praremaja dan masa remaja adalah usia krusial bagi anak, terutama menyangkut ketertarikan dengan lawan jenis.
Kita tidak lagi bisa menafikan itu, bahwa pada masa-masa seperti itu mereka mengalami trasisi hormonal yang kerap bikin stabil.
Pengetahuan tentang seks ini mestinya diberikan kepada anak sejak dini, layaknya pengetahuan soal makan, minum, dan berpakaian.
Hal ini bisa dimulai dari orangtua yang mendampingi hingga lingkungan sosial pada akhirnya mengikuti.
Selain itu, masih ada konten-konten terpopuler dan menarik lainnya di Kompasaina dalam sepekan, seperti bagaimana cara budidaya cabai hingga mewaspadai "happy hypoxia".
1. Meluruskan Pandangan yang Keliru tentang Pendidikan Seks
Seks itu, menurut Kompasianer Luna Septalisa, bagi sebagian besar masyarakat kita masih dianggap sebagai suatu hal yang tabu untuk dibicarakan, terutama pada anak-anak.
Bahaw masih ada yang berpikir negatif tentang pendidikan seks hingga merasa anak masih kecil sehingga belum pantas untuk mengetahui dan menganggap anak akan tahu sendiri saat ia beranjak dewasa adalah pemikiran yang kurang tepat.
"Dengan bekal pendidikan seks yang baik, anak-anak juga dapat menjaga diri dalam pergaulan, terutama pergaulan dengan teman lawan jenis," tulis Kompasianer Luna Septalisa.
Namun, tidak ada salahnya jika orangtua mengenalkannya lebih dulu pada anak. Minimal mengenalkan kosakata yang benar dan tepat pada anak-anak untuk menyebut alat kelamin mereka. (Baca selengkapnya)
2. Begini Cara Budidaya Cabai Rawit dari Biji agar Berbuah Lebat dan Tidak Keriting
Menanam cabai rawit itu mudah, tapi bagi Kompasianer Ozy V. Alandika jika berharap agar si cabai berbuah lebat dan daunnya tidak keriting, itu beda lagi.
Untuk bisa mendapatkan cabai seperti itu, lanjutnya, dperlukan teknik alias cara budidaya tanaman cabai rawit dari biji agar hasilnya lebih maksimal.
Hal terbesar yang bakal petani rasakan ialahcabai pedas bakal enggan berbuah lebat bahkan cepat mati. Daunnya menguning dan buah cabai bakal semakin kecil.
"Jangan buru-buru memilih cabai yang matang lalu dijadikan bibit, sebaiknya tunggulah si induk cabai rawit menua, baru setelah itu dipetik buahnya yang paling super," tulis Kompasianer Ozy V. Alandika.
Berikut cara menanam dan merawat cabai rawit dari biji dalam 5 tahapan, baik di polybag, pekarangan rumah, maupun di kebun/sawah. (Baca selengkapnya)
3. Euro 2020: Ini 3 Cara Apik Prancis Taklukkan Jerman di Allianz Munich
Seperti final kepagian ketika menonton jalannya pertandingan antara Timnas Jerman melawan Prancis di fase Grup F.
Pertandingan tersebut, tulis Kompasianer Arnold Adoe, berlangsung seru dan ketat dalam waktu 90 menit plus 6 menit injury time dengan kemenangan bagi Prancis dengan skor tipis 1-0.
Prancis sang juara Piala Dunia 2018, berhasil kembali menaklukkan Der Panzer dengan skor 1-0, melalui gol bunuh diri Mats Hummels.
"(Pertandingan ini) Menarik karena kemenangan terakhir Jerman atas Les Blues di turnamen besar terjadi pada perempat final Piala Dunia 2014 juga melalui gol Mats Hummels," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
4. Alasan Mayoritas Masyarakat Jepang Ogah Membeli dan Memakai Kendaraan Bermotor Pribadi
Indonesia saat ini telah menjadi salah satu pasar terbesar dari produk-produk otomotif Jepang baik mobil maupun motor.
Merek-merek legendaris seperti Yamaha, Honda, Mitsubishi, Toyota, dan lain sebagainya, tulis Kompasianer Adrian Chandra, tidak dapat dimungkiri menghiasi jalanan Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Namun, yang menjadi sebuah paradoks adalah justru di negara asalnya, Jepang, memiliki kendaraan pribadi tidak begitu populer di masyarakatnya.
"Jika mereka memiliki kendaraan pribadi kebanyakan dari masyarakat Jepang hanya menggunakannya untuk kesempatan tertentu saja," tulis Kompasianer Adrian Chandra.
Kompasianer Adrian Chandra menceritakan bagaiamana negara Jepang tidak memilih kendaraan bermotor sebagai kendaraan pribadi. (Baca selengkapnya)
5. Waspada "Happy Hypoxia" dan Cari Tahu Cara Penanggulangannya
Cek saturasi oksigen ini sangat penting bagi pasien usai menjalani test swab dan dinyatakan positif Covid-19 tanpa mengalami gejala penyerta alias OTG.
Sepintas, tulis Kompasianer Lilik Fatimah, seorang OTG memang terlihat baik-baik saja. Atau, jika tidak mengeluhkan apa pun selaik para pengidap Covid-19 pada umumnya, seperti; adanya batuk, demam, dan sesak napas.
"Namun demikian jangan lantas menyepelekan keadaan seperti ini, bisa jadi pasien tanpa gejala tersebut justru ia sedang mengalami Happy Hypoxia," lanjutnya.
Akan tetapi, bukan hanya OTG saja yang bisa terserang Happy Hypoxia, beberapa kondisi medis lain juga perlu diwaspadai. (Baca selengkapnya)
https://money.kompas.com/read/2021/06/19/070700226/-populer-di-kompasiana-memahami-pendidikan-seks-cara-budidaya-cabai-rawit