BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Gojek
Salin Artikel

Waspada, Kondisi Ini Jadi Celah Pelaku Kejahatan Lakukan Penipuan Online

KOMPAS.com – Masih ingat dengan modus penipuan “mama minta pulsa”? Atau, justru Anda pernah menjadi korban penipuan tersebut?

Meski tak sesemarak dulu, praktik penipuan dengan modus mengaku sebagai sanak saudara dan meminta pulsa itu masih menjadi andalan pelaku kejahatan.

Selain praktik tersebut, sejumlah bentuk penipuan lain juga terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi.

Saat ini, para pelaku kejahatan cenderung memanfaatkan berbagai platform online, seperti sambungan telepon, aplikasi chatting, media sosial, dan aplikasi dompet digital, untuk melancarkan aksinya.

Adapun modus penipuan online juga beragam, mulai dari penipuan berkedok pengumuman pemenang undian, praktik meminta sejumlah uang dari oknum yang mengaku polisi atau petugas rumah sakit (RS), hingga pembajakan akun dengan meminta kode one time password (OTP).

Seorang mantan penipu yang menyebut dirinya “Mantan Kang Tipu” mengatakan, pada dasarnya, manusia menjadi lemah dan mudah ditipu ketika dibuat terlalu bahagia atau panik.

Hal tersebut menjadi celah untuk memanipulasi psikologis korbannya. Oleh sebab itu, korban akan dibuat terlalu bahagia dengan mendapat hadiah atau panik ketika mendapat telepon dari oknum polisi atau petugas RS.

“Manipulasi psikologis (Magis) tersebut membuat seseorang tidak bisa berpikir jernih dan kritis. Hal ini menjadi celah untuk melakukan penipuan online,” ujar Mantan Kang Tipu dalam live streaming di media sosial GoPay bertajuk “Kisah Kang Tipu Tobat, Kupas Tuntas Bahaya Penipuan Magis” sebagai salah satu kampanye #AmanBersamaGoPay, Jumat (16/7/2021).

Mantan penipu yang juga merupakan admin akun Twitter @OTPDrama menjelaskan, saat memanipulasi psikologis korban melalui sambungan telepon, pelaku penipuan umumnya akan berbicara sangat panjang dan cepat.

Hal tersebut dilakukan agar sang korban tidak memiliki kesempatan untuk berpikir jernih dan memotong pembicaraan. Dengan tipu daya dan bujuk rayu, korban akan mudah mengikuti keinginan penipu.

Selain melalui telepon, penipuan juga marak terjadi lewat media sosial. Hal ini pernah dialami komedian Ernest Prakasa.

Pria yang juga berprofesi sebagai sutradara itu hampir menjadi korban penipuan dengan modus akun Twitter palsu dari sebuah bank.

“Belum lama ini, gue me-mention akun Twitter salah satu bank. Cuitan gue kemudian dibalas oleh akun palsu bank tersebut,” cerita Ernest yang juga bergabung dalam IG Live #AmanBersamaGoPay.

Awalnya, Ernest tak merasa curiga karena nama dan foto profil akun palsu itu tampak serupa dengan akun resmi bank tersebut.

Namun, Ernest menyadari bahwa dirinya hampir menjadi korban penipuan karena akun palsu tersebut mengarahkannya ke sebuah tautan yang mengharuskan mengisi data pribadi berupa username dan password internet banking.

Seperti diketahui, username dan password internet banking merupakan kunci keamanan yang tidak boleh diberikan kepada siapa pun, bahkan petugas bank sekalipun.

Untungnya, Ernest memiliki pengetahuan literasi digital yang cakap sehingga dirinya selamat dari perangkap oknum yang tak bertanggung jawab.

Pentingnya literasi digital

Adapun pengetahuan literasi digital menjadi modal penting yang harus dimiliki masyarakat agar terhindar dari penipuan online.

Mantan Kang Tipu menilai, pengetahuan literasi digital yang rendah membuat seseorang menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan.

“Masih banyak masyarakat yang belum paham mengenai fungsi OTP dalam transaksi online sehingga mereka dengan mudah memberikannya kepada orang lain. Terlebih, ketika diiming-imingi sejumlah uang,” jelas Mantan Kang Tipu.

Padahal, kata dia, OTP merupakan salah satu sistem keamanan tercanggih saat ini. Kode password yang bersifat sementara tersebut dibuat khusus oleh operator atau pembuat aplikasi.

Kode itu kemudian dikirimkan ke nomor ponsel atau email yang telah didaftarkan pengguna. Ini berarti, hanya pengguna yang mengetahui kode OTP.

Oleh sebab itu, Mantan Kang Tipu meminta masyarakat untuk terus memperluas pengetahuan mengenai literasi digital agar terhindar dari penipuan online.

Selain itu, masyarakat juga harus lebih waspada dan berhati-hati ketika melakukan transaksi online, termasuk saat menggunakan dompet digital.

“Secanggih apa pun teknologi yang digunakan, pengguna tetap menjadi kunci utama dalam menjaga keamanan dalam pemakaian teknologi tersebut,” ujar Mantan Kang Tipu.

Sementara itu, untuk menjaga keamanan dalam bertransaksi online, terutama menggunakan dompet digital, GoPay mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan empat langkah JAGA.

Pertama, Jangan asal transfer dana kepada orang tak dikenal. Pastikan Anda mengecek akun dan nomor rekening penerima dana.

Untuk mendukung langkah tersebut, GoPay menerapkan mekanisme autentikasi berupa pop-up peringatan yang akan muncul ketika pengguna akan mentransfer dana ke akun atau nomor yang tak dikenal.

Kedua, Amankan kode rahasia, baik personal identification number (PIN), OTP, magic link, maupun password. Jangan pernah berikan kode rahasia tersebut kepada siapa pun. Pasalnya, kode ini digunakan untuk memverifikasi pembayaran atau masuk (login) ke dalam akun platform digital.

Ketiga, Gunakan fitur keamanan tambahan yang tersedia pada aplikasi, seperti fingerprint dan face recognition sehingga hanya Anda yang dapat melakukan verifikasi pembayaran.

Terakhir, Awas Magis yang memang sering kali terjadi ketika seseorang merasa panik dan lengah.

Dengan keempat langkah tersebut yang juga disertai literasi digital yang baik, Anda pun meminimalisasi celah yang dapat dimanfaatkan pelaku kejahatan untuk melakukan penipuan online.

https://money.kompas.com/read/2021/08/03/121500626/waspada-kondisi-ini-jadi-celah-pelaku-kejahatan-lakukan-penipuan-online

Bagikan artikel ini melalui
Oke