Penurunan tersebut disebabkan oleh investor yang tengah khawatir dengan melemahnya berbagai instrumen investasi dengan risiko tinggi seperti saham dan juga aset kripto.
Harga aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, bitcoin bahkan sempat merosot hingga 10 persen dalam kurun waktu 24 jam terakhir.
Pada sesi Senin malam, aset kripto tersebut diperdagangkan di harga 43.569 dollar AS atau sekitar Rp 620 juta (kurs Rp 14.250 per dollar AS).
Bukan hanya bitcoin, aset-aset kripto raksasa lain juga turut melemah seperti ethereum turun 9,71 persen. Kemudian, tether, cardano, dan binance coin masing-masing merosot 0,12 persen, 11,25 persen, dan 11,89 persen.
“Aksi jual aset kripto ini merupakan pola lanjutan, dimana investor menjual aset di instrumen risiko tingginya untuk menutupi margin, atau menunggu terlebih dahulu hingga pasar lebih kondusif,” ujar CEO Valkyrie Investment, Leah Wald, dikutip dari CNBC, Selasa (21/9/2021).
Sementara itu, Chief Investment Strategist Leuthold Group Paulsen mengatakan, meski bitcoin mengalami tren penurunan yang sama dengan pasar saham, namun kedua instrumen investasi tersebut tidak memiliki korelasi.
“Saya setuju kadang bitcoin turun bersama dengan saham. Tapi, penurunan aset kripto dengan saham berbeda,” katanya.
Sebagai informasi, pasar saham global tengah berguguran lantaran kekhawatiran atas guncangan risiko yang disebabkan oleh pasar properti China.
Seperti diberitakan sebelumnya, raksasa properti China, Evergrande tengah terlilit utang dalam dalam jumlah yang fantastis.
https://money.kompas.com/read/2021/09/21/073600926/harga-aset-kripto-kembali-rontok-bitcoin-turun-ke-kisaran-rp-620-juta