Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hampir 50 Persen Sampah di Jawa Barat dan Jawa Tengah Berasal dari Makanan

Team Leader Kajian Food Loss and Waste, Annisa Ratna Putri mengatakan, fenomena mubazir ini tak hanya terjadi di level nasional.

Berdasarkan temuan awal, buang-buang makanan juga terjadi di level provinsi terlihat dari dominasi sampah makanan di beberapa wilayah.

"Kami berencana untuk kajian di level regional atau provinsi bersama Bappenas, yang sudah berkomitmen dengan low carbon development, yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Bali. Saat ini kami sedang konfirmasi berapa banyak food loss and waste di 3 provinsi tersebut," kata Annisa dalam webinar di Jakarta, Selasa (12/10/2021).

Berdasarkan data awal yang diolah dari data sekunder tiap provinsi, sampah makanan di Jawa Barat dan Jawa Tengah cukup mendominasi total sampah di dua wilayah tersebut.

Dia menemukan, sekitar 49,74 persen atau hampir separuhnya sampah di Jawa Barat adalah sampah makanan. Sementara di Jawa Tengah, totalnya setara dengan 45,79 persen dari keseluruhan sampah. Adapun di Bali, persentasenya sekitar 27,71 persen.

"Saat ini tim dalam proses konfirmasi dan akan melakukan studi lapangan segera, apakah benar data sekunder sampah makanan memang seperti ini? Dan berapa banyak timbulan sampah makanan per orang," beber Annisa.

Annisa menuturkan, penyebab besarnya sampah makanan di level nasional hingga provinsi terjadi karena 5 hal. Pertama, kurangnya good handling practice dalam pengelolaan makanan (food processing) ketika didistribusikan.

Kedua, kurangnya pemahaman ibu rumah tangga tentang tata cara penyimpanan makanan yang baik. Sejatinya, tidak semua makanan bisa ditaruh di lemari pendingin alias kulkas. Ada pula makanan yang justru cepat berjamur bila diletakkan di sana.

Kemudian, buang-buang makanan juga dipengaruhi oleh preferensi konsumen saat membeli bahan pangan. Biasanya, orang cenderung memilih bentuk makanan yang lebih bagus. Padahal, nutrisi makanan tersebut sama saja.

"Kemudian ada perilaku konsumen. Kita sering berpikir lebih banyak lebih baik dibanding kurang. Pola pikir yang seperti ini harus mulai dievaluasi. Kalau tidak sanggup menghabiskan, sebaiknya tidak dipesan. Kalau memang bersisa, usahakan selalu dibawa pulang untuk dikonsumsi kembali," pungkas Annisa.

https://money.kompas.com/read/2021/10/12/134814026/hampir-50-persen-sampah-di-jawa-barat-dan-jawa-tengah-berasal-dari-makanan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke