Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertumbuhan Industri Fintech Lending Menurun, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Kompas.com - 29/04/2024, 21:12 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menyatakan, industri fintech lending mengalami penurunana laba pada awal tahun.

Direktur Eksekutif AFPI Yasmine Meylia Sembiring mengatakan, pertumbuhan industri fintech lending tahun ini terlihat menurun karena adanya penerapan kebijakan yang signifikan pada industri, yakni penerapan batas atas bunga pinjaman senilai 0,3 persen per hari.

"Memang di tahun ini ada signifikan milestone di industri kami," kata dia dalam konferensi pers, Senin (29/4/2024).

Baca juga: Kenaikan BI Rate Tak Beri Dampak Langsung ke Industri Fintech Lending

Ia menambahkan, pada sektor pinjaman konsumtif, suku bunga yang diterapkan turun dari 0,4 persen menjadi 0,3 persen. Sedangkan, suku bunga untuk sektor produktif dipatok 0,1 persen per hari.

"Itu sendiri sebenarnya sudah cukup menggambarkan tren yang biasanya growth-nya tinggi sekali jadi berkurang, karena dari manfaat ekonomi itu juga berkurang," imbuh dia.

Yasmine menjelaskan, penurunan bunga pinjaman ini tidak hanya berpengaruh pada jumlah yang harus dibayarkan konsumen kepada fintech lending.

Di sisi lain, penurunan bunga pinjaman ini juga berarti, penyelenggara akan lebih selektif untuk menawarkan pinjaman ke konsumen yang lebih luar karena adanya profil risiko yang perlu dimitigasi.

"Manfaat ekonomi itu kan pengaruh langsungnya ke risiko, makin tinggi manfaat ekonomi (bunga pinjaman) makin banyak borrower yang bisa kami tawarkan karena risikonya lebih luas, kami bisa cover risiko lebih tinggi," terang dia.

Selain itu, penyelenggara juga harus memperhatikan adanya beberapa peraturan lain misalnya pembatasan seseorang untuk pinjam di lebih dari 3 platform. Selain itu, peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang baru juga membatasi calon peminjam untuk mengajukan pinjaman lebih dari 50 persen penghasilan.

"Tiga faktor itu cukup berpengaruh," tutur dia.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pembiayaan Digital Indonesia (AdaKami) Bernardino Moningka Vega mengatakan, laba yang diperoleh platformnya relatif stabil dan sama dengan tahun lalu.

"Konstan saja. Tahun lalu lebih baik," ujar dia.

Baca juga: Ini Alasan OJK Belum Buka Moratorium Fintech Lending

Ia mengatakan, industri fintech lending baru akan mengeluarkan hasil riset terkait implementasi penurunan bunga pinjaman dan aturan lain pada Agustus 2024.

AdaKami sendiri melihat penurunan bunga pinjaman tersebut tetap dapat membuat perusahaan ada di jalur pertumbuhan karena besarnya pasar yang belum digarap.

"Kami melihat pasarnya masih besar. Nasabah ultramikro masih akan berkembang terus," tandas dia.

Dilansir dari data OJK, industri fintech lending mencatat rugi setelah pajak senilai Rp 97,56 miliar pada Februari 2024. Angka ini lebih baik dibandingkan rugi setelah pajak pada Januari 2024 senilai Rp 135,61 miliar, atau ketika aturan penurunan suku bunga pinjaman diberlakukan.

Adapun pada Februari 2023, industri fintech lending masih membukukan laba setelah pajak senilai Rp 98,25 miliar.

Baca juga: Sebelum OJK Cabut Moratorium, PR Modal Minimum Industri Fintech Lending Harus Kelar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Meriahkan HUT Ke-29 Telkomsel, Bank Mandiri Siapkan Diskon Pembelian Nomor Spesial hingga Rp 290.000

Whats New
Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Dugaan Dana Nasabah Hilang, OJK: Bank Wajib Tanggung Jawab jika Terbukti Bersalah

Whats New
Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Emiten Ritel MIDI Alokasikan Belanja Modal Rp 1,4 Triliun Tahun Ini, untuk Apa?

Whats New
Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Prabowo Berencana Tambah Jumlah Kementerian, Anggaran Belanja Negara Bakal Membengkak

Whats New
Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Beli REC dari PLN, Emiten Sanitasi UCID Target Kurangi Lebih dari 14.000 Ton CO2 Setahun

Whats New
Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Pabrik Panel Surya Bakal Dibangun di KIT Batang, Bisa Serap 3.000 Lapangan Kerja

Whats New
Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Ditopang Produk Tradisional, Asuransi Jiwa Dominasi Pertumbuhan Premi Industri

Whats New
Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Proyek Perpanjangan Kereta Cepat Sampai ke Surabaya Belum Jadi PSN, Ini Kata Kemenhub

Whats New
Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Konsumsi Lemah, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terkontraksi

Whats New
Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Catat, Ini Jadwal Seleksi Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Semen Padang Dapat Pengakuan UNESCO, Erick Thohir: BUMN Tulang Punggung Ekonomi

Whats New
Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Alfamidi Berencana Membagikan Dividen Rp 155,47 Miliar

Whats New
Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Target Peserta Kartu Prakerja 2024 Tembus 75 Persen, Anggaran Bakal Ditambah?

Whats New
Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Whats New
Strategi BSI Hadapi Era Biaya Dana Mahal Imbas Kenaikan Suku Bunga Acuan

Strategi BSI Hadapi Era Biaya Dana Mahal Imbas Kenaikan Suku Bunga Acuan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com