Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inflasi AS Naik Tinggi, Apa Dampaknya ke Pasar Modal dan Perekonomian Indonesia?

Penyebabnya, perang Rusia-Ukraina yang masih berlanjut dan mendorong kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di AS. 

Apakah inflasi di AS memiliki dampak pada perekonomian Indonesia secara umum, serta pasar modal tanah air secara khusus? 

Menurut Direktur Avere Investama sekaligus pengamat pasar modal Teguh Hidayat, ada dampak positif inflasi AS, yakni meningkatkan nilai ekspor Indonesia.

Impor minyak jadi lebih besar

Teguh mengatakan, inflasi yang tinggi di AS menyebabkan harga komoditas naik di seluruh dunia.

The Fed yang mencetak uang dollar AS dalam jumlah besar sebagai stimulus ekonomi, lambat laun uang tersebut beredar di seluruh dunia, termasuk Indonesia dalam bentuk impor.

“Karena uang dollar AS keluar terus, dan komoditas harganya naik semua, Indonesia sebagai importir minyak mentah merugikan ekonomi kita, dan kita harus impor minyak lebih besar, alhasil harga Pertamax naik,” ujar Teguh kepada Kompas.com, Selasa (19/4/2022).

Indonesia diuntungkan SDA besar

Dia mengungkapkan, secara tidak langsung, inflasi AS akan menyebabkan inflasi di Indonesia juga. Tapi, Indonesia diuntungkan dari kenaikan komoditas, lantaran Indonesia memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang besar.

“Jadi, secara tidak langsung, saat harga batu bara naik, sawit naik, posisi kita berbeda. Kalau minyak mentah kan kita importir, kalau batu bara, dan sawit kita eksportir. Jadi kenaikan batubara dan sawit menguntungkan bagi Indonesia dan ekonomi Indonesia akan tumbuh kencang,” ungkap Teguh.

Capital outflow

Hal senada disampaikan oleh Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Roger MM yang menilai, inflasi AS akan erat kaitannya dengan kenaikan suku bunga. Dengan inflasi AS yang tinggi di tahun ini, dampaknya tentu saja selain ke beberapa negara termasuk ke Indonesia.

“Kenaikan harga komoditas membuat ekspor di Indonesia meningkar 44 persen yoy dan sampai dengan Maret neraca perdagangan Indonesia tumbuh positif. Inflasi Indonesia sudah mulai menanjak pada level 2,6 persen, walaupun masih berada di bawah BI Rate 7DRR namun gejala kenaikan ini bisa mengerek 7DRR kedepannya,” ujar Roger.

Dari sisi pasar modal, Roger menilai pasar modal Indonesia masih mencerna rencana The Fed menaikkan suku bunga untuk menekan inflasi.

Menurut dia, dampak rencana The Fed tersebut, bisa mendorong kenaikan dollar AS dan memicu capital outflow.

“Pasar modal Indonesia tentunya akan melihat efek dari kenaikan suku bunga AS kedepan, di antaranya penguatan dollar AS yang bisa memicu capital outflow, dan kenaikan harga komoditas yang bisa memicu kenaikan inflasi di Indonesia,” tambah dia.


Consumer goods tertekan

Teguh menambahkan, meskipun dibayangi inflasi, ekonomi Indonesia masih tetap mampu bertumbuh.

Hal ini juga seirama dengan pertumbuhan pasar modal tanah air yang mana dalam beberapa waktu belakangan beberapa kali menyentuh all time high.

“Pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh sektor komoditas, sehingga saham di sektor – sektor komoditas akan bergerak positif. Sementara itu, sektor yang dalam tekanan adalah sektor yang membutuhkan komoditas, seperti perusahaan pembangkit listrik, ataupun consumer good. Sektor consumer good juga tekanannya tidak terlalu besar, karena mereka bisa menyesuaikan harga produk,” tegas dia.

https://money.kompas.com/read/2022/04/19/110151426/inflasi-as-naik-tinggi-apa-dampaknya-ke-pasar-modal-dan-perekonomian-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke