Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Lewat Usaha Toko Kelontong, Dadan Subandi Bisa Sekolahkan Anaknya hingga ke Perguruan Tinggi

Kala itu, Dadan memiliki pabrik kimia berskala rumahan, namun mengalami kesulitan ekonomi, sehingga ia terpaksa menutup usahanya.

“Omzetnya per bulan mencapai Rp 1,2 miliar, namun mengalami kesulitan ekonomi. Saya bangkrut. Saya memulai semuanya kembali dari nol dengan membuka toko kelontong,” ujar Dadan dalam siaran pers, Selasa (21/6/2022).

Namun, kesulitan ekonomi yang ia jalani tak berlangsung lama. Ia terus berpikir memutar otak bagaimana cara untuk kembali membuka usaha dengan modal yang ia miliki saat itu. Ia kemudian mencoba keberuntungan dengan membuka toko kelontong dengan modal 40 juta pada tahun 2003.

Usaha Dadan tak sia-sia, hasil keringatnya berjualan makanan, minuman, hingga keperluan sehari-hari lainnya di toko kelontong membuahkan hasil. Namun saat itu, usaha toko kelontong milik Dadan cenderung masih sangat tradisional, tidak rapi, gelap, dan penuh sesak dengan berbagai produk yang digantung di mana-mana.

Namun, Dadan bertekad agar bisa memenuhi ekspektasi pembeli dengan menhadirkan warung yang bersih, dan nyaman. Akhirnya pada tahun 2009, Dadan bergabung dengan Sampoerna Retail Community (SRC).

SRC merupakan program pembinaan terhadap toko kelontong oleh PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna).

Di SRC, ia menerima banyak pengetahuan baru, seperti pentingnya penataan toko secara rapi, bersih, dan terang. Konsep ini membuat toko kelontongan tradisional miliknya berubah drastis.

Tak hanya itu, Dadan mendapat bimbingan manajemen hingga pembukuan. Sesekali ia mengikuti aktivitas hingga kompetisi yang digelar SRC, yang memacu semangatnya mengembangkan toko miliknya. Cara SRC ini tanpa disadari membuat omzet anggota komunitas melesat.

“Sebelum gabung, omzet saya Rp 500.000, Rp 800.000, paling besar Rp 1 juta per hari. Begitu gabung mencapai Rp 2 juta-3 juta per hari. Fluktuatif, tapi rata-rata di Rp 2 juta per hari,” kata Dadan.

Perkembangan toko kelontong milik Dadan juga dilirik banyak pihak termasuk perbankan. Sehingga ia dipercaya untuk menyalurkan sembako dalam program Bantuan Pangan Non Tunai (BNPT) sejak 6 tahun lalu.

Awalnya, ia hanya diminta bantuan untuk menyalurkan sembako ke 300 Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Setiap tahun jumlahnya bertambah, hingga kini mencapai 1.200 KPM.

“Saya tidak hitung keuntungan, yang penting ketika ada pekerjaan, kita kerjakan,” ujar Dadan.

Ia bahkan tidak percaya sampai di titik ini bisa menjalani usaha toko kelontongnya dengan baik, bahkan semakin maju. Ia bahkan bisa menyekolahkan kelima anaknya ke jenjang perguruan tinggi.

“SRC sangat membantu ekonomi keluarga saya. Sekolah anak-anak, biaya sehari-hari, semua dari sini (toko). Karena saya tidak kerja, dari mana lagi kalau bukan dari toko?,” tutur dia seraya mengatakan istrinya tidak bekerja karena membantu mengurus warung.

Kini anak pertamanya sudah berkeluarga dan bekerja di Timur Tengah. Anak kedua dan ketiga sudah selesai kuliah. Sedangkan anak keempat dan kelima duduk di bangku SMA dan SMP.

Sebagai informasi, program pembinaan UMKM jenis toko kelontong ini sudah dijalankan Sampoerna dalam 14 tahun terakhir, atau sejak 2008. Anggotanya saat ini berjumlah lebih dari 160.000 di seluruh provinsi di Indonesia.

Para anggota juga mendapatkan pembinaan untuk mengembangkan usaha, mulai dari edukasi penataan toko, pengembangan usaha dan menangkap peluang, manajemen keuangan, dukungan bagi produk UMKM di komunitas sekitar melalui “Pojok Lokal”, hingga literasi digital lewat aplikasi AYO SRC bagi toko kelontong.

Melalui aplikasi AYO SRC terdapat fitur untuk membantu pemilik toko kelontong dalam kegiatan sehari-harinya, seperti pemesanan stok barang ke grosir, manajemen kasir, dan pembelian produk digital termasuk untuk membayar tagihan. Dengan begitu, sumber pemasukan bagi toko juga menjadi semakin beragam dan dapat berkontribusi meningkatkan omzet.

https://money.kompas.com/read/2022/06/22/100000526/lewat-usaha-toko-kelontong-dadan-subandi-bisa-sekolahkan-anaknya-hingga-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke