Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rupiah Melemah akibat Kebijakan The Fed, Sri Mulyani: Masih Lebih Baik dari Negara Lain

Adapun pelemahan nilai tukar rupiah dan keluarnya aliran modal asing (capital outflow) terjadi imbas pengetatan moneter yang dilakukan bank sentral AS, The Fed.

Teranyar pada Juni 2022, The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 bps demi meredakan inflasi yang mengganas di AS, yang sudah tembus 8,6 persen.

"Depresiasi di Indonesia yang bahkan (tidak sampai) mencapai 4 persen (3,8 persen) itu masih lebih baik (dari negara lain)," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/6/2022).

Jika melihat negara lain, depresiasi mata uang Filipina lebih tinggi, yakni 6,4 persen. Rupee India sebesar 5 persen, dan ringgit Malaysia sebesar 5,5 persen. Bahkan Turki dengan krisis ekonomi sudah terdepresiasi 30 persen.

Kendati demikian, bendahara negara ini mengaku tetap harus mewaspadai kebijakan The Fed di bulan-bulan depan. Pasalnya, pengetatan moneter pada bulan Juni di AS bukanlah yang terakhir.

"Ini akan menjadi salah satu tren yang harus kita waspadai karena FOMC monetary policy-nya akan cenderung makin ketat. Jadi (keputusan 75 bps bulan Juni) ini belum merupakan adjustment yang terakhir. Jadi kita juga akan mewaspadai," ucap Sri Mulyani.

Selain penurunan nilai mata uang, Indonesia juga mengalami keluarnya aliran modal asing. Para investor akan mencari aset-aset lain yang aman karena suku bunga di AS cenderung meningkat.

"Dan ini terlihat di Indonesia mengalami capital outflow Rp 6,6 triliun. Dominasinya adalah di bonds," ungkap Sri Mulyani.

Sementara dari sisi yield SBN tenor 10 tahun, yield SBN Indonesia mengalami kenaikan 17,4 persen. Kendati demikian, kenaikan ini lebih naik dibanding SBN 10 tahun meksiko yang mencapai 22 persen, Malaysia 20,1 persen, Filipina 42,2 persen, dan AS Rp 116,9 persen.

Pertemuan FOMC The Fed pada Juni pun memiliki dampak yang kecil pada yield SBN Indonesia. Kenaikannya hanya 0,9 persen, karena pasar sudah melakukan priced-in menjelang pertemuan.

"(Tenor) 10 tahun bonds kita sebetulnya dalam hal ini mengalami kenaikan yield sebesar 17,4 persen, dan kalau dibandingkan dengan negara-negara lain dalam hal ini menunjukkan hal yang relatively baik karena negara-negara lain menghadapi koreksi dari yield (ytd) yang jauh lebih tinggi," tutur dia.

Lebih lanjut, jumlah SBN yang dipegang oleh investor asing jauh lebih rendah, yakni hanya 16,3 persen dari total porsi. Sedangkan investor domestik memegang sekitar 38 persen.

"Ini menggambarkan atau yang menyebabkan kita relatif lebih stabil dibanding 3 tahun lalu di mana jumlah foreign holder di SBN kita mencapai di atas 38 persen," jelas Sri Mulyani.

https://money.kompas.com/read/2022/06/23/213100826/rupiah-melemah-akibat-kebijakan-the-fed-sri-mulyani--masih-lebih-baik-dari

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke