Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andrean Rifaldo
Praktisi Perpajakan

Praktisi perpajakan. Tulisan yang disampaikan merupakan pendapat pribadi dan bukan merupakan cerminan instansi.

Mengelola Keuangan di Tengah Pelemahan Rupiah

Kompas.com - 22/04/2024, 08:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

AWAL April 2024, nilai tukar rupiah telah menembus level Rp 16.000 per dollar Amerika Serikat (Kompas.com, 14/4/2024). Level tertinggi tersebut merupakan yang ketiga kalinya setelah Krisis Moneter 1998 dan pada April 2020 akibat pandemi Covid-19.

Saat ini, kurs rupiah kini memang berada dalam tren pelemahan. Sepanjang triwulan pertama 2024, kurs rupiah telah melemah setidaknya 2,4 persen terhadap dollar AS.

Namun, penting untuk memahami bahwa melemahnya kurs tidak selalu karena isu perekonomian domestik. Pasalnya, kondisi ekonomi nasional saat ini justru sebenarnya sangat stabil dan positif.

Pada triwulan pertama 2024, ekonomi Indonesia diperkirakan masih tumbuh kuat di sekitar angka 5 persen. Penguatan ini melanjutkan pertumbuhan ekonomi nasional yang pada 2023 mencapai 5,05 persen, jauh melampaui rata-rata negara ASEAN yang diestimasi sebesar 4,4 persen.

Di sisi lain, surplus neraca perdagangan juga diproyeksikan masih akan terus berlanjut setelah sebelumnya berhasil mencetak surplus selama tiga tahun berturut-turut mencapai 36,93 miliar dollar AS sepanjang 2023 (Kementerian Perdagangan, 18/1/2024).

Dengan demikian, berbeda dengan saat terjadinya Krisis Moneter 1998 dan pandemi Covid-19, tendensi pelemahan rupiah saat ini lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berlangsung di panggung global.

Tensi geopolitik di Timur Tengah dan keputusan Bank Sentral The Fed untuk mempertimbangkan kembali pemangkasan suku bunga karena kondisi ekonomi AS yang terlalu kuat, membuat mata uang di banyak negara kompak melemah, termasuk Euro di Uni Eropa, Yen Jepang, dan Yuan Tiongkok.

Bagi rupiah, pelemahan kurs saat ini sejatinya merupakan fase yang akan berlalu. Bank Indonesia memproyeksikan momentum penguatan rupiah diperkirakan akan kembali mulai semester kedua tahun 2024 (Kompas.id, 30/1/2024).

Oleh karena itu, tren pelemahan musiman (seasonal) ini justru sebenarnya menjadi momen tepat untuk menerapkan sejumlah pelajaran penting dalam mengelola keuangan guna menyiapkan maupun menghadapi saat melemahnya kurs.

Pertama, investasi pada aset lindung nilai penting dilakukan untuk mengimbangi dampak inflasi seiring waktu.

Logam mulia seperti emas dan kepemilikan properti lahan yasan (real estate) seperti tanah dan bangunan, merupakan sejumlah aset yang harganya cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun.

Komoditas emas, misalnya, menawarkan tingkat pertumbuhan nilai mencapai 8 persen setiap tahunnya.

Sementara itu, harga properti hunian setiap tahunnya juga terus mengalami kenaikan hingga 7 persen (Kompas.id. 18/7/2023). Kedua angka ini jauh melebihi tingkat inflasi 2023 yang tercatat sebesar 2,61 persen.

Menempatkan uang dingin yang belum akan terpakai dalam keperluan jangka pendek dan darurat di aset lindung nilai bisa menjadi langkah tepat, tidak hanya untuk melindungi nilai riilnya agar tidak tergerus inflasi, tetapi juga memperoleh keuntungan dari selisih lebih pertumbuhannya di atas laju inflasi.

Sebagai contoh, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam kurs Bank Indonesia per 21 April 2024 telah melemah hampir 5 persen sejak awal 2024. Sementara itu, untuk periode yang sama, harga emas telah naik hingga lebih dari 30 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com