KOMPAS.com - Perusahaan raksasa energi Rusia, Gazprom, menghentikan pasokan gas ke Eropa melalui pipa utama Nord Stream 1. Jerman sejauh ini jadi negara yang paling dirugikan dari mandeknya aliran energi fosil dari Negeri Tirai Besi tersebut.
Penghentian pasokan energi ini akan berlangsung selama tiga hari ke depan. Eropa sendiri dalam ancaman serius, mengingat gas Rusia sangat dibutuhkan untuk bersiap menghadapi musim dingin yang berlangsung mulai Desember mendatang.
Dilansir dari BBC, Jumat (2/9/2022), sebelumnya Rusia telah secara signifikan mengurangi ekspor gas melalui pipa ke Eropa, terutama setelah negara-negara Uni Eropa melakukan embargo ekonomi.
Di sisi lain, Rusia membantah tuduhan telah menggunakan pasokan gas dan minyak sebagai senjata perang guna melawan negara-negara Barat.
Pipa Nord Stream 1 membentang 1.200 km (745 mil) di bawah Laut Baltik dari pantai Rusia dekat St Petersburg ke timur laut Jerman.
Pipa gas ini mulai dibuka sejak tahun 2011, dan dapat mengirim maksimum 170 juta meter kubik gas per hari dari Rusia ke Jerman.
Sebelumnya, Rusia juga sempat menutup pipa gas ini selama 10 hari pada bulan Juli dengan dalih untuk perbaikan.
Namun demikian, setelah diperbaiki, Rusia rupanya mengurangi jumlah gas yang dikirim ke Jerman hanya tinggal 20 persennya saja melalui pipa ini. Lagi-lagi, Rusia beralasan pengurangan pasokan ini karena ada peralatan distribusi jaringan gas yang rusak.
Ancaman krisis Eropa
Sementara itu, Kepala Otoritas Jaringan Gas Jerman Klaus Mueller menyebut, negaranya masih bisa mengatasi kekurangan gas selama Rusia masih bersedia mengirimkan gasnya dalam beberapa hari mendatang.
"Saya berasumsi bahwa kami akan mampu mengatasinya," kata Klaus Mueller kepada Reuters.
"Saya percaya bahwa Rusia akan kembali 20 persennya pada hari Sabtu, tetapi tidak ada yang benar-benar bisa memastikannya," ungkapnya lagi.
Sementara itu, Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck mengatakan kepada Financial Times bahwa tindakan Rusia yang mengurangi pasokan gas itu telah memaksa beberapa perusahaan Jerman untuk menghentikan produksi, sebuah situasi yang menurutnya sangat mengkhawatirkan.
"Ini bukan kabar baik, karena itu bisa berarti industri-industri yang terkait (pengguna gas) tidak hanya sedang direstrukturisasi, tetapi juga mengalami kejatuhan struktural yang terjadi di bawah tekanan besar," kata Habeck.
Para pemimpin Eropa khawatir Rusia dapat memperpanjang penghentian pasokan gas dalam upaya untuk menaikkan harga gas, di mana harga gas telah meningkat tajam pada tahun lalu.
Kenaikan tajam gas mengancam lonjakan biaya hidup di kota-kota Eropa, terutama saat musim dingin datang. Jika ini terjadi, hal ini bisa memaksa pemerintah negara-negara Eropa untuk menghabiskan miliaran dollar anggaran untuk meringankan beban rakyatnya.
Akal-akalan Putin
Menteri Transisi Energi Prancis, Agnes Pannier-Runacher, menuduh Rusia menggunakan gas sebagai senjata perang untuk gantian menekan Barat.
Agnes Pannier-Runacher merilis pernyataannya setelah Gazprom mengatakan akan menangguhkan pengiriman gas ke perusahaan energi Prancis, Engie.
Namun juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin menolak tuduhan itu dan bersikeras bahwa sanksi Barat telah menyebabkan gangguan yang disebabkan rusaknya infrastruktur Rusia.
Menurut versi Rusia, embargo membuat Rusia tak lagi bisa mengimpor peralatan dan teknologi dari negara-negara Uni Eropa. Sehingga Negara Beruang Putih itu mengaku infrastruktur gasnya mengalami kerusakan dan tak kunjung bisa diperbaiki.
Namun Rusia tidak menjelaskan secara detail kerusakan sehingga mereka tak lagi mau mengirimkan gasnya ke Eropa.
Kontroversi terbaru adalah mengenai turbin perusahaan gas Rusia yang tiba di Jerman setelah diperbaiki di Kanada. Namun Rusia menolak mengambilnya kembali karena alasan tunduk pada sanksi Barat.
Belakangan, Jerman menolak alasan Rusia dan menyebut hal itu cuma akal-akalan Putin. Meski memberlakukan sanksi, Jerman mengaku tidak mempersulit pengiriman turbin di negaranya.
Awal bulan ini, Menteri Ekonomi Jerman, Habeck mengatakan pipa gas Rusia sebenarnya tidak rusak secara teknis dan bisa beroperasi penuh seperti yang diklaim oleh Rusia.
https://money.kompas.com/read/2022/09/02/131327226/serangan-balik-putin-rusia-setop-gas-ke-eropa-jelang-musim-dingin