Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, perlambatan ekonomi global akan mulai terjadi di akhir 2022 disertai inflasi tinggi dan risiko resesi di beberapa negara.
Kondisi ekonomi global ini tentunya dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara berkembang seperti Indonesia. Untuk itu, BSI telah menyiapkan sejumlah strategi agar perseroan dapat tetap mencetak profit di tengah tantangan tersebut.
"Bagaimana BSI menyikapi hal-hal terkait dengan perubahan kondisi global yang tentunya tidak menentu? Ini terkait dengan uncertainty. Kita harus melihat bagaimana strategi pembiayaan kita dan profitabilitas di tahun 2023," ujarnya saat paparan kinerja Kuartal III 2022, Kamis (27/10/2022).
Kendati demikian, dia optimistis kondisi ekonomi Indonesia tidak akan mengalami resesi seperti negara lain tapi dipastikan pertumbuhan ekonomi nasional akan melambat dari tahun ini.
"Banyak pendapat pengamat melihat tahun depan memang tahun yang akan lebih challenging. Tapi dari para pengamat itu, kami melihat bahwa memang Indonesia masih beruntung karena punya domestic demand yang masih kuat," ucapnya.
BSI pun menyiapkan sejumlah strategi untuk menghadapi kondisi ekonomi ke depan, yaitu:
1. Merapikan postur DPK
Hery mengungkap strategi pertama BSI ialah dengan merapikan postur dana pihak ketiga (DPK), yaitu dengan mendorong pertumbuhan dana murah (Current Account Saving Account/CASA).
Upaya menumbuhkan CASA ini telah dilakukan oleh perseroan sejak tahun lalu. Saat ini rasio CASA BSI terus membaik, di mana pada Kuartal III 2022 sebesar 60,90 persen.
Hery menyebut perseroan optimistis rasio CASA dapat dikerek lantaran BSI memiliki jumlah kantor cabang yang relatif banyak yaitu lebih dari 1.000 kantor cabang.
Selain itu, hingga Kuartal III 2022 jumlah transaksi yang dilakukan melalui kanal digital BSI terus tumbuh. Saat ini 97 persen transaksi di BSI sudah melalui kanal digital dan 3 persennya masih di kantor cabang.
"Pertama tentunya untuk bisa bertahan di kondisi yang memang kita rasakan akan sulit di tahun yang akan datang yang harus lakukan itu merapikan postur dari DPK ya," ucapnya.
2. Lebih selektif menyalurkan pembiayaan
Strategi perseroan selanjutnya ialah memilih segmen-segmen tertentu untuk penyaluran pembiayaan. Pasalnya dengan tantangan ekonomi ke depan, perseroan tidak hanya ingin mendongkrak pertumbuhan pembiayaan tetapi juga menjaga agar kualitas pembiayaan tetap baik.
Untuk itu, bank dengan kode saham BRIS akan lebih selektif lagi memilih segmen usaha, terutama ke segmen-segmen yang selama ini terbukti memiliki kualitas aset yang baik, memberikan kualitas pembiayaan yang baik, dan memiliki daya tahan.
"Kita sudah teruji pada saat merger di awal tahun 2021 memang kondisi pada saat itu pandemi sedang merebak. Namun demikian, dengan strategi yang kita yakini kita jalani dengan baik, alhamdulillah kita bisa melewati masa sulit itu dan masih membukukan pertumbuhan yang bagus," jelasnya.
Direktur Finance & Strategy BSI Ade Cahyo Nugroho menambahkan, selama ini perseroan tengah fokus ke segmen retail sehingga dapat mencetak pertumbuhan pembiayaan 22,35 persen di Kuartal III 2022 menjadi Rp 199,82 triliun.
Ke depannya, dia bilang, BSI masih akan memilih segmen-segmen pembiayaan yang sudah terbukti tahan di kala kondisi perekonomian selama pandemi Covid-19 tidak mendukung.
"Jadi memilih segmen yang tepat, bukan hanya bisa tetap tumbuh dalam situasi perekonomian yang mungkin sedang agak slowing down, tapi juga bisa Survive ketika terjadi pelemahan pertumbuhan ekonomi," imbuhnya.
3. Menjaga cost of fund
Strategi lainnya, BSI akan terus mengatur efisiensi dari biaya dana (cost of fund/CoF) agar tidak membebani perseroan. Terlebih ke depannya tren suku bunga tinggi masih berpotensi berlanjut akibat inflasi yang tinggi.
"Kita beruntung BSI sebagai salah satu bank yang paling kuat dari sisi tabungan yang tentunya ini lebih tidak rentan terkait dengan pergerakan suku bunga. Ini yang satu strategi pengen kita jaga dari sisi cost of fund," ucap Ade.
https://money.kompas.com/read/2022/10/28/144300226/hadapi-ketidakpastian-ekonomi-global-ini-strategi-bsi-agar-tetap-cuan