Sepekan, Aliran Modal Asing Masuk Rp 900 Miliar ke Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) mencatat aliran modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia mencapai sekitar Rp 900 miliar di sepanjang 31 Oktober-3 November 2022. Aliran dana asing itu masuk melalui pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan saham.

Secara rinci, aliran modal asing yang masuk melalui pasar SBN pada pekan ini sebesar Rp 80 miliar. Sedangkan pada pasar saham, dana asing tercatat masuk ke Indonesia sebanyak Rp 820 miliar.

"Berdasarkan data transaksi 31 Oktober-3 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp 0,90 triliun (Rp 900 miliar)," ujar Direktur Departemen Komunikasi BI Nita A. Muelgini? dalam keterangannya, Sabtu (5/11/2022).

Meski demikian, berdasarkan data setelmen hingga 3 November 2022 (year to date/ytd), secara keseluruhan terjadi aliran modal asing yang keluar dari pasar SBN sebesar Rp 176,33 triliun.

Namun pada pasar saham, tercatat secara tahun berjalan terdapat total dana asing masuk mencapai Rp 78,86 triliun.

Adapun seiring masuknya dana asing pada perdagangan pekan ini, premi risiko investasi atau premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 139,39 bps per 3 November 2022 dari sebelumnya di level 130,44 bps per 28 Oktober 2022.

Sementara itu, tingkat imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun menjadi turun ke level 7,39 persen, sedangkan yield surat utang AS atau US Treasury 10 tahun naik ke level 4,147 persen.

Kendati pada pekan ini ada dana asing yang masuk ke Indonesia, namun kurs rupiah masih menunjukkan tren pelemahan dengan tetap bergerak di atas Rp 15.000 per dollar AS.

Pada Kamis (3/11/2022) nilai tukar rupiah di tutup di level Rp 15.695 per dollar AS, kemudian ketika dibuka pada perdagangan Jumat (7/10/2022), kurs rupiah menjadi berada di level Rp 15.740 per dollar AS.

"BI akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, dan terus mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tutup Nita.