Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Fenomena PHK Perusahaan Teknologi, Apa Penyebabnya?

GoTo melakukan PHK terhadap 1.300 pekerjanya atau sekitar 12 persen dari total karyawan tetap. Pengumuman PHK GoTo ini disampaikan CEO Grup GoTo Andre Soelistyo dalam pertemuan town hall pada Jumat (18/11/2022).

Sedangkan Ruangguru mengaku mem-PHK ratusan karyawannya dengan alasan ketidakpastian ekonomi global yang akhirnya berdampak terhadap perusahaan.

Sementara menurut sumber internal Shopee Indonesia, PHK dilakukan terhadap sekitar 3 persen dari total karyawan. Namun, sumber enggan menyebutkan jumlah karyawan Shopee Indonesia saat ini.

Lalu apa yang menjadi penyebab dari fenomena PHK massal di perusahaan teknologi?

Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda, kondisi PHK tersebut sangat erat kaitannya dengan kondisi perekonomian global dan domestik, di mana terjadi kenaikan inflasi yang direspons bank-bank sentral dengan kenaikan tingkat suku bunga.

Kenaikan tingkat suku bunga itu menyebabkan biaya pinjaman menjadi mahal, investasi pun akan menurun dan konsumsi juga akan melemah.

"Akibatnya kemampuan perusahaan untuk ekspansi akan melemah, beban perusahaan akan tambah, dan akan membuat perusahaan melakukan efisiensi. Salah satunya dengan melakukan PHK," ungkap Nailul kepada Kompas.com dikutip Selasa (22/11/2022).

Ia menjelaskan, fenomena PHK massal oleh perusahaan tekonologi juga terjadi di Amerika Serikat (AS), seperti yang dilakukan Amazon dan Meta. Bank sentral AS sudah menaikkan suku bunga sebanyak 375 basis poin di sepanjang 2022.

Sementara di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 175 basis poin di sepanjang tahun ini.

"Makanya sektor riil di Indonesia juga sudah mulai kelimpungan di mana terjadi beberapa PHK, termasuk perusahaan tekstil. Ternyata, perusahaan digital pun tidak luput dari masalah PHK ini, di mana banyak perusahaan digital melakukan efisiensi dengan memfokuskan layanan ke industri tertentu," paparnya.

Nailul mengatakan, langkah efisiensi dilakukan perusahaan untuk bisnisnya bisa bertahan. Upaya perbaikan kinerja juga diperkuat dengan langkah perusahaan digital menambah berbagai biaya dalam layanannya.

"Makanya memang biaya-biaya yang timbul dari layanan itu dibutuhkan untuk membuat perusahaan lebih sustain (bertahan) dan membuat arus kas perusahaan digital lebih baik, dan bisa keluar dari strategi bakar uang," ungkap dia.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menilai, kondisi PHK di berbagai perusahaan teknologi menunjukkan masa sulit akan mulai memasuki bisnis digital tanah air, seiring dengan kondisi global yang bergejolak.

"Tidak ada perusahaan digital, termasuk unicorn dan decacorn, yang kebal terhadap dampak kelesuan bisnis digital global. Yang bisa jadi ada kaitannya dengan ramalam bahwa 2023 akan jadi tahun berat, gelap dan resesi di mana-mana," kata dia.

Heru bilang, PHK karyawan merupakan salah satu pilihan untuk efisiensi di perusahaan. Bahkan, kondisi yang sama juga terjadi pada perusahaan digital raksasa seperti Facebook, Twitter, Microsoft, dan Amazon.

Ia menjelaskan, bagi perusahaan digital berstatus startup, target untuk berkembang yang dibarengi sulitnya mendapatkan pendanaan baru, menjadi salah satu faktor dilakukannya efisiensi dengan mengurangi pekerja.

"Banyak startup yang berjatuhan dan sekarang tertatih untuk bisa bertahan, harapannya kan menjadi unicorn atau decacorn," kata dia.

Sementara untuk perusahaan digital berstatus unicorn atau decacorn, seperti GoTo, yang melakukan efisiensi, maka memberikan isyarat lain terkait bisnis digital di tanah air. Terlebih, mengingat GoTo juga sudah IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ia menilai, merger Gojek dengan Tokopedia mungkin yang menyebabkan ada duplikasi karyawan pada beberapa bagian, menjadi salah satu alasan untuk GoTo melakukan efisiensi. Di sisi lain, tekanan saham GoTo juga bisa menjadi faktor bahwa perusahaan harus mulai efisien.

"IPO bukanlah akhir dari perjalanan GoTo tapi bagaimana juga survive di tnegah bisnis digital dunia yang melesu," ucap Heru.

Kendati kondisi bisnis digital saat ini sedang goyah, Heru meyakini, industri ini pada dasarnya masih akan terus berkembang dan memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kalau ada penurunan bisa saja, tapi ekonomi digital Indonesia tetap jalan. Hanya memang ancaman eksternal seperti resesi global sebagai dampak konflik Rusia-Ukraina yang berdampak ke Eropa dan AS, tidak bisa diabaikan," tutupnya.

https://money.kompas.com/read/2022/11/22/120500226/fenomena-phk-perusahaan-teknologi-apa-penyebabnya-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke