Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ekonomi 2024 Ditargetkan Tumbuh 5,7 Persen, padahal Saat Tahun Politik Cenderung Melambat

Seperti diketahui, pemilihan presiden (pilpres) akan berlangsung pada 2024, yang sekaligus menjadi tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan mencapai 5,3 persen hingga 5,7 persen, saya pikir akan cukup menantang untuk mencapai target ini terutama mencapai target batas atas," ujar Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet kepada Kompas.com, Selasa (21/2/2023).

Ia menjelaskan, jika melihat tren pertumbuhan ekonomi di periode tahun politik sebelumnya, secara pola justru pertumbuhan cenderung melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Seperti pada 2014 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 5,01 persen, lebih rendah dari pertumbuhan di 2013 yang sebesar 5,78 persen. Begitu pula pada 2019, ekonomi tercatat tumbuh sebesar 5,02 persen, melambat dari pertumbuhan di 2018 yang sebesar 5,17 persen.

"Kalau melihat dari periode tahun transisi politik seperti di tahun 2014 dan 2019, kita melihat adanya tren di mana pertumbuhan ekonomi justru mengalami penyesuaian ke bawah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata dia.

Yusuf menuturkan, umumnya untuk beberapa investor, terutama investor baru, tahun politik bisa diartikan sebagai momentum wait and see. Investor ingin melihat terlebih dahulu siapa yang terpilih menjadi pemimpin baru, beserta jajaran kabinet dan kebijakan yang dipilih.

Kondisi tersebut tentu bisa mempengaruhi kinerja investasi dalam negeri, yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, kontribusi belanja pemilu terhadap perekonomian, kata dia, tidak akan terlalu signifikan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang cukup memungkinkan untuk dicapai di 2024 yakni 5,3 persen.

"Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,3 persen di tahun ini, saya pikir pertemuan ekonomi di tahun depan berpotensi akan berada pada level yang sama, atau tidak berada di level yang lebih rendah," ungkapnya.

Ia menjelaskan, jika melihat faktor-faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi untuk bisa tumbuh lebih tinggi, kondisinya dinilai masih akan cukup menantang untuk didorong pertumbuhannya.

Misalnya, pada industri manufaktur yang merupakan sektor dengan proporsi cukup besar dalam menyumbang produk domestik bruto (PDB) Indonesia, namun bila melihat pertumbuhannya dalam beberapa tahun terakhir, selalu berada di bawah level 5 persen.

"Sehingga tentu ini akan menjadi cukup menantang jika ingin mendorong pertumbuhan ekonomi untuk bisa mencapai batas atas target (5,7 persen)," kata Yusuf.

Menurutnya, harapan pendorong ekonomi di tahun depan kemungkinan ada pada sektor lapangan usaha lain, seperti perdagangan. Hanya saja, pertumbuhan sektor perdagangan sangat bergantung pada daya beli masyarakat.

"Sektor ini tentu akan sangat dipengaruhi apakah daya beli terutama kelompok masyarakat menengah ke bawah itu sudah meningkat setelah mengalami perlambatan selama pandemi di 3 tahun ke belakang," tutup Yusuf.

https://money.kompas.com/read/2023/02/21/142238426/ekonomi-2024-ditargetkan-tumbuh-57-persen-padahal-saat-tahun-politik-cenderung

Terkini Lainnya

BEI Bakal Berlakukan 'Short Selling' pada Oktober 2024

BEI Bakal Berlakukan "Short Selling" pada Oktober 2024

Whats New
Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Whats New
Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Whats New
Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Whats New
Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Whats New
Kisah Anita Dona, 'Nekat' Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Kisah Anita Dona, "Nekat" Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Smartpreneur
Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

Whats New
BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

Rilis
Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Whats New
Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Whats New
Tiket Konser Bruno Mars Bisa Dibeli 27-28 Juni 2024 Lewat Livin by Mandiri

Tiket Konser Bruno Mars Bisa Dibeli 27-28 Juni 2024 Lewat Livin by Mandiri

Spend Smart
Tesla PHK 14 Persen Karyawan Sepanjang 2024

Tesla PHK 14 Persen Karyawan Sepanjang 2024

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.400, Anggaran Subsidi Energi Berpotensi Membengkak

Dollar AS Tembus Rp 16.400, Anggaran Subsidi Energi Berpotensi Membengkak

Whats New
Bank Dunia: Perpanjangan Bansos Dorong Defisit APBN Indonesia

Bank Dunia: Perpanjangan Bansos Dorong Defisit APBN Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke