Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menata Ulang Bandara Internasional di Indonesia

Sisanya, 24 bandara memang melayani penerbangan internasional, tetapi pasarnya hanya terpusat di dua bandara, yaitu Bandara Soekarno-Hatta Tangerang dan Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Jumlah lalu lintas penumpang dan kargo di dua bandara tersebut, menurut Direktorat Angkutan Udara (DAU) -Ditjen Perhubungan Udara -Kementerian Perhubungan, mencapai 88 persen dari jumlah pergerakan di seluruh Indonesia. Sedangkan sisanya 12 persen dikeroyok oleh 22 bandara lainnya.

Fakta lain yang menyedihkan, ternyata penerbangan internasional Indonesia itu banyak bergantung pada bandara di negara tetangga, yaitu Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), Malaysia dan Bandara Internasional Changi di Singapura.

Walau demikian, Kementerian Perhubungan melalui Keputusan Menteri Perhubungan no. KM 166 tahun 2019 justru berencana menambah empat bandara internasional sehingga jumlahnya menjadi 38 bandara.

Fakta dan data tersebut dipaparkan oleh para narasumber dalam Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakn oleh Badan Kebijakan Transportasi -Kementerian Perhubungan pada Selasa, 30 Mei 2023 lalu.

Tujuan FGD untuk menghimpun perkembangan kondisi penyelenggaraan bandar udara internasional saat ini dan mendapatkan berbagai saran, masukan, tanggapan dari stakeholders untuk mengevaluasi penyelenggaraan bandar udara internasional di Indonesia.

Tergantung Malaysia dan Singapura

Menurut data dari DAU, lalu lintas penumpang penerbangan internasional di Indonesia pada tahun 2019 atau sebelum pandemi Covid-19 adalah 37,3 juta pergerakan datang dan pergi.

Namun perlu dicatat bahwa pergerakan ini adalah campuran antara penumpang paspor Indonesia, yaitu sekitar 17,3 juta pergerakan dan penumpang paspor luar negeri sekitar 20 juta pergerakan.

Dari total pergerakan penumpang internasional tersebut, menurut catatan Dr. Ir. Hisar M Pasaribu dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang menjadi salah satu narasumber FGD tersebut, hampir 50 persen tujuannya adalah Malaysia dan Singapura, yaitu lebih dari 18 juta pergerakan.

Jumlah ini cenderung menurun jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang pernah mencapai 63 persen.

Artinya pada 2019 itu semakin banyak lalu lintas ke negara lain selain dua negara tersebut. Negara yang banyak melakukan penerbangan langsung adalah Australia dan China.

Dengan demikian, dapat diartikan bahwa sebenarnya lalu lintas penerbangan internasional Indonesia masih bergantung pada bandara internasional Malaysia dan Singapura sebagai tujuan dan atau hub untuk transit ke negara lain.

Penataan ulang

Dari data dan fakta tersebut terungkap betapa tidak efisiennya keberadaan bandara internasional di Indonesia.

Hal ini sebenarnya juga sudah diketahui oleh Presiden Joko Widodo yang kemudian memberikan arahan untuk menata ulang bandara udara internasional di Indonesia pada rapat terbatas, 18 April 2022 lalu.

Untuk melaksanakan arahan tersebut, kemudian dimulai proses penataan ulang bandara internasional di Indonesia dengan mempertimbangkan perjanjian ASEAN Open Sky, lalu lintas perjalanan penumpang dan kargo luar negeri, serta pemerataan di Indonesia barat dan timur.

Dr. Hisar memaparkan bahwa memang dari 34 bandara internasional eksisting, ada 27 bandara yang sebenarnya perlu dipertimbangkan, apakah masih perlu menyandang sebagai bandara internasional atau cukup menjadi bandara domestik saja. Artinya hanya 7 bandara yang layak dipertahankan.

Ia telah mengevaluasi bandara-bandara tersebut berdasarkan 5 kriteria, yaitu konektivitas penerbangan; aksesibilitas bandara; fasilitas bandara; potensi wilayah; serta pertahanan dan keamanan.

Hasilnya, bandara yang layak dipertahankan menjadi bandara internasional hanya Bandara Kualanamu Deliserdang, Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Soekarno-Hatta Tangerang, Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, dan Bandara Sam Ratulangi Manado.

Apa selanjutnya?

Jika melihat asal penumpang internasional ke Indonesia, dapat dirinci berasal tiga arah, yaitu dari arah Barat terdiri dari penumpang Eropa, Timur Tengah, USA, India dan sebagian ASEAN.

Arah selatan dari Australia dan Selandia Baru. Serta arah utara dari Jepang, China, Korea, Taiwan, Hongkong, Macau, Kanada dan sebagian USA dan ASEAN. Arah timur hampir tidak ada.

Dengan keberadaan bandara KLIA Malaysia dan Changi Singapura yang secara geografis berada sangat dekat, bahkan menempel di wilayah Indonesia barat, bisa dimaklumi jika banyak penumpang internasional yang transit di dua bandara tersebut sebelum ke Indonesia.

Hal ini juga karena berbagai layanan dari sisi amenitas, atraksi dan aksesibilitas yang lebih baik dibanding bandara-bandara internasional di Indonesia.

Sayangnya, adanya ketergantungan pada Malaysia dan Singapura, ternyata berpengaruh pada kondisi penerbangan internasional Indonesia, terutama di wilayah timur.

Semua bandara internasional di wilayah timur Indonesia seperti Bandara Pattimura Ambon, Frans Kaisiepo Biak, Mopah Merauke, serta Sentani Jayapura sampai saat ini tidak ada penerbangan internasional.

Jarak dari Singapura atau Kuala Lumpur ke Indonesia Timur sangat jauh dan waktu tempuhnya lama. Jika dari Jakarta ke Jayapura saja sudah 6-8 jam, tentu dari Singapura waktu perjalanannya bisa mencapai 8-10 jam.

Turis asing yang mau ke Papua atau Ambon, biasanya transit dulu di Jakarta, Makassar atau Denpasar Bali. Diperlukan keinginan dan kebutuhan yang kuat dari turis untuk berkunjung ke Maluku, Ternate, atau Papua.

Alhasil, pariwisata di Indonesia timur yang terkenal sangat indah pun sampai saat ini tidak bisa berkembang karena akses transportasi internasional terbatas, bahkan hampir tidak ada.

Jika kita ingin menata ulang bandara dan akses internasional, sudah seharusnya hal ini menjadi perhatian.

Akses penerbangan internasional harus Indonesia sentris, bukan hanya Indonesia barat dan tengah saja.

Ketergantungan pada Malaysia dan Singapura sudah seharusnya dikurangi dengan mulai membuat bandara internasional yang berada di tengah Indonesia sebagai hub untuk menghubungkan langsung dengan negara-negara tujuan.

Hub internasional ini nantinya akan menghubungkan penerbangan internasional dengan penerbangan domestik baik ke barat, tengah dan timur Indonesia dengan adil.

Daerah sekitar Ibukota Negara Nusantara (IKN) seperti kota Balikpapan mungkin bisa menjadi hub baru tersebut. IKN dipastikan menjadi magnet baru bagi perekonomian Indonesia.

Perputaran uang dan perekonomian di daerah tersebut akan meningkat, sehingga Balikpapan sebagai kota besar paling dekat bisa dijadikan hub transportasi Indonesia.

Selain itu, mengikuti penataan bandara dan akses internasional ini, yang tak kalah penting adalah memperbaiki amenities dan atraksi wisata untuk mendukung obyek wisata di daerah timur Indonesia.

Jika amenities dan atraksi tidak diperbaiki, wisatawan asing tetap akan enggan berkunjung walaupun akses transportasinya sudah lancar. Alih-alih mendatangkan turis, bisa jadi akses internasional itu justru dipakai oleh masyarakat Indonesia pergi ke luar negeri.

Untuk itu penataan bandara-bandara internasional Indonesia ini memang harus melibatkan semua stakeholder pendukung. Atau istilah kerennya: "Indonesia Incorporated".
Ayo gass...

https://money.kompas.com/read/2023/06/01/133000726/menata-ulang-bandara-internasional-di-indonesia-

Terkini Lainnya

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Pasca Halving Bitcoin, Apa yang Harus Dicermati Investor?

Earn Smart
KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke