Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga Minyak Mentah Semakin Susut, Harga Pertalite Bisa Turun?

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia terus mengalami penyusutan. Bahkan, rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sudah meninggalkan level 70 dollar AS per barrel pada Juni lalu.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan, ICP sebesar 69,36 dollar AS per barrel pada Juni 2023. Ini menjadi kali pertama sejak Agustus 2021 harga ICP berada di bawah 70 dollar AS per barrel.

Lantas dengan harga minyak mentah yang terus menurun, apakah harga Pertalite bisa disesuaikan?

Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro mengatakan, ICP memang menjadi salah satu komponen pembentuk utama harga bahan bakar minyak (BBM) selain nilai tukar rupiah. Namun untuk melakukan penyesuaian harga BBM, diperlukan jangka waktu sekitar 2 bulan untuk melihat perkembangan harga ICP dan kurs rupiah.

"Tentu perlu dilihat average-nya, jadi kalau penentuan harga BBM itu kan menggunakan rata-rata harga minyak dan nilai tukar rupiah yang paling pokok," tutur dia, kepada Kompas.com, Senin (10/7/2023).

Lebih lanjut ia menjelaskan, apabila harga rata-rata ICP di bawah 70 dollar AS per barrel hanya berlangsung kurang dari 1 bulan, maka penyesuaian harga Pertalite memang belum bisa dilakukan. Sebab, masih terdapat komponen pembentuk harga BBM lain, yakni kurs rupiah dan pajak.

Akan tetapi, jika rata-rata harga ICP bisa berada di bawah 70 dollar AS per barrel dalam kurun waktu 2 bulan, maka penyesuaian harga Pertalite seharusnya bisa dilakukan. Hal ini dengan asumsi nilai tukar rupiah juga stabil pada kisaran Rp 15.000 per dollar AS.

"Apakah bisa diturunkan kalau rata-rata ICP 70 dollar AS per barrel periode 2 bulan? Bisa diturunkan," kata Komaidi.

"Tapi kalau hanya 1 minggu terus naik kembali saya kira akan sulit bagi pemerintah untuk megambil kebijakan itu," sambungnya.

Harga minyak sudah rendah, tapi dollar AS masih tinggi

Mengacu kepada data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), realisasi rata-rata harga ICP sebenarnya sudah berada di bawah Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2023, yang ditetapkan sebesar 90 dollar AS per barrel. Tercatat realisasi rata-rata harga ICP pada semester I-2023 sebesar 75,2 dollar AS per barrel.

Namun demikian, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih lebih tinggi dari asumsi yang ditetapkan pemerintah pada awal tahun ini, yakni sebesar Rp 14.800 per dollar AS. Tercatat realisasi nilai tukar hingga Juni lalu sebesar Rp 15.071 per dollar AS.

Seiring dengan perkembangan Asumsi Dasar Ekonomi Makro itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyerahkan keputusan penyesuaian harga Pertalite ke Menteri ESDM, Arifin Tasrif, dan Menteri BUMN, Erick Thohir.

"Kalau (penurunan harga Pertalite) itu sudah pak menteri ESDM dan BUMN," kata dia, di Gedung DPR RI, Jakarta.

Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, harga keekonomian Pertalite saat ini masih lebih tinggi dari harga jual yang dipatok pemerintah. Terlebih saat ini nilai tukar rupiah melemah mencapai Rp 15.000 per dollar AS.

"Harga keekonomiannya masih (lebih tinggi). Rupiah saja masih Rp 15.000 kan. Nanti lah, sabar-sabar," ujarnya saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/7/2023).

Arifin menuturkan, pergerakan harga minyak sangat dipengaruhi konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Seperti diketahui, Rusia merupakan salah satu eksportir minyah mentah terbesar di dunia.

Oleh sebab itu, diharapkan ketegangan di Rusia bisa mereda, sehingga pasokannya bisa pulih di pasar global dan harga minyak mentah menjadi stabil.

"Kita tunggu Rusia adem, nanti suplai jadi lebih banyak, sehingga bisa merespon permintaan kan, kalau sudah masuk harganya bisa terjaga stabil," kata Arifin.

https://money.kompas.com/read/2023/07/10/174000526/harga-minyak-mentah-semakin-susut-harga-pertalite-bisa-turun-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke