Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serba-serbi Memulai Investasi Saham untuk Pemula, Mulai dari Persiapan hingga Eksekusi

Namun demikian, minat investasi yang besar saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan pemahaman dan edukasi yang memumpuni. Dengan pemahaman dan edukasi yang cukup, keputusan investasi tentu akan berbuah manis di kemudian hari.

Lalu, apa saja yang harus dipersiapkan invetor sebelum memulai investasi saham?

Agar keputusan investasi tidak disesali di kemudian hari, sebaiknya investor perlu mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut:

  • Mengenal istilah-istilah saham

Salah satu persiapan sebelum investasi saham adalah memahami istilah di pasar modal dan juga ragam jenis analisis teknikal. Seperti, cut loss, taking profit, buy on weakness, hold dan lain sebagainya.

  • Melakukan analisis risiko

Analisis risiko penting dilakukan untuk mengukur seberapa besar kerugian yang mampu diterima atas keputusan investasi. Dengan analisis risiko yang baik, investor bisa meminimalisir kerugian pada investasinya.

  • Menetapkan tujuan investasi

Tentunya segala keputusan harus memiliki tujuan yang tepat. Tetapkan tujuan investasi kamu, apakah jangka panjang, pendek atau menengah. Dengan begitu, kamu bisa memilih instrumen yang tepat untuk mendukung terlaksananya tujuan kamu.

  • Mempersiapkan dana


Hal lain yang tidak kalah penting, mempersiapkan dana untuk investasi. Dalam berinvestasi, kamu harus menggunakan uang dingin atau uang nganggur. Pastikan pos – pos pengeluaran prioritas kamu tidak terganggu, agar investasi kamu tidak sia-sia.

  • Memilih penyedia investasi/platform

Marak platform-platform trading tidak terdaftar atau ilegal. Kamu harus berhati-hati saat akan melakukan investasi dan transaksi pada platform yang tidak berizin, karena banyak kasus, dana-dana investasi yang sudah ditanamkan menguap begitu saja.

Perencana Keuangan dan Head Advisory & Investment PINA Rista Zwestika mengatakan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan masyarakat sebelum mulai investasi. Untuk itu, ia mengingatkan pentingnya melakukan penelitian dan mengambil keutusan investasi yang bijaksana.

"Perlu diingat, investasi selalu memiliki risiko dan tidak ada jaminan keuntungan," ujar dia kepada Kompas.com beberapa waktu lalu.

Jika beberapa hal tersebut sudah dipersiapkan, sebagai pemula tentunya kamu harus memiliki rekening RDN atau Rekening Dana Nasabah (RDN). Melalui RDN, kamu sekaligus mendapatkan SID atau Single Investor Identification.

SID layaknya KTP yang nantinya berguna sebagai tanda pengenal saat kamu akan melakukan transaksidi pasar modal. SID yang kamu miliki juga terdaftar dalam RDN yang kamu miliki. Kamu bisa mendaftarkan RDN dibeberapa perbankan yang menyediakan fasilitas transaksi saham.

Adapun cara membuat RDN yakni, calon invesor mengakses situs atau aplikasi registrasi resmi milik perusahaan efek (PE) untuk melakukan pembukaan rekening efek secara elektronik. Lalu, calon investor mengikuti alur registrasi seperti melengkapi data diri, yaitu dengan mengisi nomor Kartu Tanda Penduduk elektronik (KTP-el), mengunggah foto diri dengan memegang KTP-el, dan foto spesimen tanda tangan.

Dalam waktu 30 menit hingga 2 jam, nasabah akan mendapatkan rekening efek sebagai rekening transaksi, Sub-Rekening Efek (SRE) sebagai rekening penyimpanan efek, nomor identifikasi investor tunggal atau Single Investor Identification (SID), serta nomor RDN.

Proses verifikasi data dan informasi calon investor akan dilakukan oleh bank RDN yang disampaikan oleh PE. Verifikasi SID dan SRE diajukan kepada Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, selanjutnya bank RDN membukakan dan mengaktifkan RDN nasabah serta menginformasikan nomor RDN ke PE.

Selanjutnya, PE memberikan nomor REN, nomor SID dan nomor RDN kepada calon investor. Calon investor pun bisa melakukan pembukaan RDN secara mandiri dengan menyertakan bukti pembukaan REN secara elektronik melalui kantor bank maupun layanan digital bank RDN.

Jika kamu sudah membuat rekening RDN, waktunya kamu mendaftar di platform investasi untuk bisa mulai membeli saham. Ketika kamu mulai mendaftar di platform trading, kamu juga harus memastikan bahwa platform tersebut legal dan berizin, sehingga investasi kamu bisa dipertanggungjawabkan.

Setelah memilih platform, kamu bisa memilah mana saham-saham yang akan kamu beli di awal-awal. Tapi, sebagai pemula disarankan untuk berivestasi pada saham-saham dengan fundamental yang baik, seperti saham LQ45 atau blue chip misalnya.

Community Lead IPOT, Angga Septianus mengatakan, Indeks LQ45 menjadi salah satu indeks saham yang cukup populer di pasar modal Indonesia. Investasi saham di Indeks LQ45 menjadi pilihan menarik karena saham-saham yang tergabung dalam indeks ini umumnya merupakan saham-saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar.

“Indeks LQ45 memiliki tingkat likuiditas yang tinggi karena saham-saham tersebut mudah diperjualbelikan, sementara itu kapitalisasi pasar yang besar memperlihatkan bagaimana pergerakan harga saham dalam indeks ini cenderung mencerminkan dan menggerakkan kondisi pasar secara keseluruhan,” kata Angga dalam siaran pers, Kamis (3/8/2023).

Ditemui Kompas.com, seorang investor ritel bernama Diki (28) mengaku memilih saham-saham yang memiliki kinerja baik, untuk jangka panjang. Menurut dia, saham-saham sektor perbankan menawarkan imbal hasil pasti, meskipun kenaikan harga sahamnya tidak signifikan.

“Kalau saya, memilih saham-saham blue chip, karena saya melihat dari pergerakan sahamnya. Kalau dilihat dalam 1 tahun, 2 tahun terus naik, ya saya beli, kalau merah saya tidak beli,” kata Diki kepada Kompas.com, Jumat (15/9/2023).

Diki bilang, ketika dirinya mulai masuk ke investasi saham, dia juga tidak luput dari kerugian, karena mencicipi saham-saham dengan valuasi murah, tapi tidak melihat fundamental peruahaannya.

“Pernah rugi ratusan ribu, saat membeli saham yang murah, karena masih awam banget saat itu. Tapi, makin kesini, banyak baca-baca soal investasi, saya makin paham triknya,” jelas dia.

Kepala eksekutif pengawas perilaku pelaku usaha jasa keuangan edukasi dan perlindungan konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi mengatakan, investasi sangat penting dilakukan. Karena, dengan investasi yang baik, maka ada pendapatan tambahan atau passive income untuk mendukung beragam kebutuhan.

Tentunya, passive income tersebut bisa dimanfaatkan untuk beragam kebutuhan. Misalnya, untuk biaya pendidikan, masa pensiun, hingga kebutuhan lainnya. Namun, investasi tentu harus dilakukan secara legal agar keputusan investasi bisa dipertanggungjawabkan di kemudian hari.

“Kita harus punya passive income untuk menopang standar hidup. Kenali produk investasi, lakukan diversifikasi, dan jangan semua uang diletakkan di satu tempat,” kata wanita yang akrab disapa Kiki itu.

Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kenaikan jumlah investor pasar modal sepanjang 2023 (hingga 8 Agusturs 2023) menjadi 11,46 juta investor. Nilai tersebut naik 11,2 persen Ytd, atau meningkat 0,42 persen jika dibandingkan dengan posisi Juli 2023 sebesar 11,42 juta.

Dari sisi demografi per 8 Agustus 2023, investor individu di Indonesia didominasi oleh 62,16 persen laki-laki, 56,98 persen berusia di bawah 30 tahun, 32,29 persen pegawai swasta, negeri dan guru, 64,04 persen berpendidikan terakhir SMA dan 46,92 persen berpenghasilan Rp 10 juta – 100 juta per tahun.

Berdasarkan komposisi kepemilikan, investor lokal di Indonesia masih mendominasi sebesar 99,68 persen, dengan rincian jumlah 99,57 persen untuk investor saham, dan 99,91 persen untuk investor reksa dana. Sedangkan dari jenis investor, investor individu menempati urutan pertama dengan jumlah 11,42 juta.

https://money.kompas.com/read/2023/09/15/204000826/serba-serbi-memulai-investasi-saham-untuk-pemula-mulai-dari-persiapan-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke