Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Inflasi Pangan Mengancam?

Harga rata-rata beras telah meningkat sebesar 15 persen pada tahun ini, menjadi Rp 13.800 per kg. Angka ini merupakan rekor tertinggi kenaikan harga beras dalam beberapa tahun terakhir.

Beberapa areal tanaman padi di Jawa hampir tidak menerima hujan sejak bulan April, dan harus bergantung pada saluran irigasi yang hampir kering. Produksi diperkirakan turun sekitar sepertiga dari tahun lalu.

Kekeringan yang disebabkan pola cuaca ekstrem El Nino diperkirakan mencapai puncaknya pada Oktober. Kecendrungan ini memicu kekhawatiran bahwa harga pangan dapat mencapai titik tertinggi.

Beras merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dikonsumsi oleh sekitar 270 juta jiwa. Pergerakan harga beras merupakan hal signifikan dan strategis.

Kenaikan harga juga mengancam keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan inflasi. Jika situasi tidak membaik, maka harga beras bisa mencapai titik tertinggi dalam beberapa tahun ke depan, yaitu Rp 15.000 per kg.

Badan Pangan Nasional memperkirakan gejala El Nino dapat mengurangi produksi beras antara 5-7 persen tahun ini, dari sekitar 31 juta ton tahun lalu.

Kekurangan tersebut harus ditutupi dengan melakukan impor dari kuota yang ada dan upaya lainnya.

El Nino terakhir yang terjadi di Indonesia pada 2019, menurunkan produksi beras sekitar 7 persen. Namun harga dalam negeri tetap stabil karena Bulog memiliki pasokan cukup untuk melakukan intervensi pasar setelah melakukan impor dalam jumlah besar pada tahun sebelumnya.

Cuaca panas di wilayah-wilayah berkembang utama di Asia mengancam panen, menaikkan harga beras hingga seperlimanya.

Negara-negara yang dipimpin oleh eksportir utama India membatasi pengiriman untuk mengendalikan inflasi dan menjamin ketahanan pangan bagi masyarakat mereka.

Pengaruh inflasi

Beras dan pangan merupakan komponen terbesar dari basket inflasi di Indonesia. Jika harga beras naik, maka pengaruhnya cukup besar dan langsung ke angka inflasi total.

Inflasi beras tahunan mencapai 13,76 persen pada Agustus 2023, tertinggi sejak Juni 2012, meskipun kenaikan indeks harga konsumen sebesar 3,27 persen berada dalam target bank Indonesia.

Inflasi tahunan Indonesia meningkat tipis pada Agustus, tetap berada dalam kisaran target bank sentral, meskipun harga beras meningkat pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade.

Indeks Harga Konsumen naik 3,27 persen pada Agustus, di bawah ekspektasi analis sebesar 3,33 persen. Angka tersebut berada dalam kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia 2023 sebesar 2 persen hingga 4 persen.

Inflasi inti tahunan, yang tidak mencakup harga-harga yang dikendalikan pemerintah dan harga bahan pangan yang fluktuatif, menurun pada Agustus menjadi 2,18 persen dari 2,43 persen pada bulan sebelumnya.

Survei pengamat memperkirakan tingkat 2,30 persen untuk Agustus. Pengamatan lebih mendalam terhadap data tersebut menunjukkan bahwa meskipun inflasi umum hanya sedikit meningkat, inflasi beras tahunan meningkat menjadi 13,76 persen pada Agustus, yang merupakan tingkat tertinggi sejak Juni 2012.

Para pedagang beras mengeluhkan terbatasnya pasokan karena lahan sawah dilanda kekeringan akibat pola cuaca El Nino. Dampaknya mulai terasa meningkat mulai bulan September dan Oktober tahun ini.

Indonesia telah menyetujui kuota impor sebesar 2,3 juta metrik ton untuk membantu meningkatkan pasokan beras di dalam negeri.

Pengamat masih percaya, sampai saat ini kenaikan harga beras diperkirakan terbatas karena adanya rencana impor dari negara-negara Asia Tenggara, dan memperkirakan inflasi umum akan tetap terkendali.

Inflasi umum semakin menurun mulai bulan depan karena tingginya efek dasar kenaikan harga bahan bakar pemerintah pada September 2022.

Sebagai bahan pokok, inflasi beras akan memengaruhi daya beli. Namun secara umum, komoditas pangan menunjukkan tren moderasi yang mengimbangi dampak (kenaikan) harga beras.

Di samping impor, tim pemantauan inflasi daerah juga terus bergerak di semua daerah memantau dan mengendalikan perkembangan harga beras dan pangan lainnya.

Indonesia telah meluncurkan program untuk meningkatkan produksi di lahan seluas 500.000 hektar (1,2 juta hektar) yang masih menerima air, melalui upaya seperti menyediakan mesin dan bibit yang lebih baik.

Produksi di daerah yang masih memiliki pasokan air, seperti Kalimantan Selatan, yang biasanya menghasilkan 800.000 ton, akan didorong untuk menutup kekuarang di daerah kekeringan. Pemerintah juga memberikan petani pompa air untuk membantu irigasi.

Bantuan sosial juga mengalir. Program bantuan sosial senilai Rp 8 triliun sebulan hingga bulan September untuk membagikan lebih banyak beras kepada rumah tangga petani berpenghasilan rendah.

Ancaman inflasi pangan dari gangguan jangka pendek El Nino, yakni penurunan produksi beras dan pangan lainnya sebenarnya sudah diperkirakan sebelumnya.

Masalanya terpulang dari efektivitas koordinasi di seluruh wilayah Indonesia. Yakni penguatan sinergi kebijakan antara Bank Indonesia, kebijakan pemerintah pusat dan daerah dalam upaya pengendalian inflasi.

Khususnya untuk mengamati dan mengelola gangguan jangka pendek seperti dampak El Nino pada gagal panen dan respons kebijakan, seperti impor beras, peningkatan produtivitas, bantuan petani dan operasi pasar harus sinkron.

Jika tidak sinkron dan tindakan serta kebijakan berjalan sendiri-sendiri, maka ekspektasi kenaikan inflasi pangan akan kejadian dan membuat inflasi melayang jauh dari harapan.

https://money.kompas.com/read/2023/09/25/054500626/inflasi-pangan-mengancam-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke