Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Potensi Pasar Kendaraan Listrik RI Besar, Produsen Otomotif Ungkap Alasannya

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku industri otomotif menilai pasar kendaraan listrik di Indonesia sangat besar. Terlebih pemerintah RI mendukung ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle) untuk berkembang.

Direktur Pemasaran Wuling Motors Indonesia Dian Asmahani mengatakan, pemerintah terus mendorong proses elektrifikasi dari segi regulasi. Hal ini terbukti melalui kehadiran sejumlah kebijakan terkait kendaraan listrik sejak 2019.

"Potensi ke depan itu sebenarnya sangat bagus. Karena memang kalau kita lihat, kita ngomong demandnya dulu, dari 2021 ke 2022 sebenarnya perkembangan EV itu sudah 1.000 persen," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (28/9/2023).

Dia menyebut, pertumbuhan pasar kendaraan listrik di Indonesia terbilang subur. Pasalnya, dalam waktu kurang dari 5 tahun pangsa pasar kendaraan listrik di RI mencapai 2 persen.

"Pertumbuhan pangsa pasar di Indonesia eksponensial dibandingkan dengan Tiongkok pada saat masa-masa pertama kali kendaraan listrik hadir, yakni membutuhkan waktu 5 tahun untuk mencapai 1 persen," ucapnya.

Menurutnya, permintaan pasar dan dukungan pemerintah menjadi faktor pendorong pasar kendaraan listrik di Tanah Air.

Bahkan, pengembangan kendaraan listrik di Indonesia kini lebih mudah karena bisa mencontoh rekam jejak negara lain, seperti Tiongkok yang ekosistemnya lebih mapan.

"Sangat memungkinkan pasar kendaraan listrik di Indonesia tumbuh masif," kata Dian.

Sementara itu, Presiden Direktur Harita Nickel Roy A. Arvandy mengungkapkan, Indonesia memiliki potensi besar untuk membangun ekosistem kendaraan listrik secara terintegrasi. Sebab, Indonesia memiliki cadangan nikel yang cukup besar yakni mencapai 17 milir ton.

"Ini saya rasa satu kontribusi yang besar nanti buat depan industri EV dan baterai EV di Indonesia," ungkap Roy.


Harita Nickel sendiri merupakan perusahaan yang fokus kepada produksi nikel sulfat dan kobalt sulfat. Dua komoditas ini penting untuk menjadi bahan baku pembuatan precursor yang selanjutnya diolah menjadi katoda hingga akhirnya menjadi baterai.

Namun, sejauh ini Indonesia belum memiliki pabrik precursor. Alhasil, imbuh Roy, nikel sulfat dan kobalt sulfat yang diproduksi Harita Nickel 100 persen harus diekspor.

Harita Nickel berharap ada investor yang masuk dan berminat membangun pabrik precursor. Hal ini menjadi penting demi mengisi kekosongan rantai produksi baterai kendaraan listrik.

Secara umum, dukungan pemerintah serta kolaborasi dengan pihak swasta merupakan hal krusial untuk menciptakan ekosistem kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu ke hilir.

https://money.kompas.com/read/2023/09/28/180112626/potensi-pasar-kendaraan-listrik-ri-besar-produsen-otomotif-ungkap-alasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke