Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Menakar Nilai Tukar Rupiah hingga Akhir Tahun

Sebagai contoh, bath Thailand dan ringgit Malaysia mengalami depresiasi yang cukup dalam sejak awal tahun ini.

Ekonom PT Bahana TCW Investment Management Emil Muhamad menuturkan, pelemahan rupiah disebabkan oleh perpaduan faktor global dan domestik.

Secara global, indeks dolar DXY menguat sebesar 2,45 persen sejak awal tahun, sehingga menekan hampir semua mata uang di dunia termasuk Indonesia.

"Tingginya yield obligasi AS (Amerika Serikat) juga memicu keluarnya dana-dana asing dari pasar obligasi negara berkembang," kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (13/10/2023).

Selain dua faktor tersebut, Indonesia juga mencatat defisit neraca transaksi berjalan pada kuartal II-2023. "Meskipun tidak terlalu besar," timpal dia.

Meskipun begitu, Emil yakin penguatan indeks dollar DXY yang terjadi saat ini sifatnya sementara.

Indeks Dollar DXY ke depan diproyeksikan akan melemah kembali sepanjang tidak terjadi eskalasi perang besar.

Dengan demikian, masih terbuka peluang bagi penguatan rupiah dan mata uang Asia lainnya.

Secara rinci, Emil menjabarkan, mata uang Asia telah melemah 4,43 persen sejak awal tahun sampai saat ini.

Pelemahan nilai tukar tersebut hanya tidak terjadi pada Jepang. Misalnya, ringgit Malaysia tertekan hingga 6,57 pesen.Sedangkan, baht Thailand terdepresiasi sebesar 6,42 persen.

Adapun, pelemahan rupiah sekitar 0,88 persen sepanjang tahun atau year to date (YTD).

Emil sendiri menyebut, pihaknya mengantisipasi Rupiah bergerak pada kisaran Rp 15.200–15.800 per dollar AS dengan kecenderungan menguat ke batas bawah.

"Kami memperkirakan rupiah masih memiliki peluang berbalik menguat hingga akhir tahun, seiring dengan penurunan yield obligasi global yang dapat membuat instrumen keuangan dalam negeri kembali menarik minat investor untuk masuk," tutup Emil.

https://money.kompas.com/read/2023/10/13/161100326/menakar-nilai-tukar-rupiah-hingga-akhir-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke