Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

E-Commerce RI Sedang Landai, Sinergi TikTok dan Tokopedia Bakal Jadi Angin Segar?

KOMPAS.com – Aplikasi media sosial berbasis video pendek format vertikal milik ByteDance Ltd, TikTok, resmi berinvestasi di Tokopedia. Dengan demikian, TikTok Shop akan beroperasi di Indonesia melalui platform e-commerce milik PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) tersebut.

Kemitraan tersebut dilakukan untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dengan fokus pada pemberdayaan serta perluasan pasar bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) nasional.

Sebagai komitmen jangka panjang investasi dan mendukung operasional Tokopedia, TikTok akan menginvestasikan lebih dari 1,5 miliar dollar AS atau setara sekitar Rp 23 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.500 per dollar AS.

Investasi itu dilakukan tanpa menyebabkan dilusi lebih lanjut terhadap kepemilikan GoTo atas Tokopedia.

Direktur Utama GoTo Patrick Walujo menjelaskan, kerja sama itu akan melahirkan juara e-commerce Indonesia dengan mengombinasikan antara kekuatan lokal dan jangkauan pasar yang masif Tokopedia serta kecanggihan teknologi TikTok.

“Kami berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan UMKM lokal dan mempromosikan produk buatan Indonesia. (Berkat kerja sama tersebut) bisnis GoTo kini memiliki fondasi lebih kuat dan diharapkan akan membawa banyak manfaat bagi bisnis e-commerce serta layanan on-demand dan bisnis fintech kami," kata Patrick dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (11/12/2023).

Kerja sama antara TikTok dan GoTo juga dapat memperluas manfaat bagi pengguna serta pelaku UMKM Indonesia. Pertumbuhan dari kombinasi bisnis ini akan membawa keuntungan bagi GoTo yang akan tetap menjadi mitra ekosistem bagi Tokopedia, termasuk menjangkau pasar lebih luas melalui layanan keuangan digital GoTo Financial dan on-demand services Gojek.

GoTo pun akan menerima aliran pendapatan dari Tokopedia sesuai dengan pertumbuhan perusahaan tersebut.

Executive Director of TikTok E-Commerce Indonesia Stephanie Susilo menuturkan, kerja sama dengan Tokopedia mengawali babak baru komitmen jangka panjang perusahaan untuk berkontribusi kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kami memiliki tujuan sama untuk mendukung konsumen dan UMKM Indonesia. Bagi kami, GoTo sebagai juara nasional adalah mitra paling ideal untuk mencapai misi bersama dalam memberdayakan dan mendukung kemajuan bisnis lokal,” tuturnya.

Jadi “angin segar”

Kesepakatan strategis antara TikTok dan Tokopedia menjadi “angin segar” di tengah tren penurunan sektor e-commerce di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sebagaimana laporan outlook Google, Temasek, dan Bain & Co yang dirilis pada Rabu (1/11/2023).

Berdasarkan outlook itu, nilai gross merchandise value (GMV) atau jumlah total barang dagangan yang terjual melalui situs dan aplikasi e-commerce di Indonesia mengalami perlambatan tahun ini.

Pertumbuhan GMV e-commerce Indonesia pada 2023 ditaksir hanya 7 persen menjadi 62 miliar dollar AS atau sekitar Rp 961 triliun. Padahal, pada periode sama 2021-2022, pertumbuhan GMV e-commerce di Tanah Air melejit 20 persen menjadi 58 miliar dollar AS atau setara Rp 899 triliun.

Meski begitu, laporan tersebut memprediksi GMV e-commerce Indonesia akan bertumbuh lagi sebesar 15 persen menjadi 82 miliar dollar AS atau setara Rp 1.271 triliun pada 2023-2025.
Perlambatan sektor e-commerce di Indonesia juga disorot Bank Indonesia (BI). Hal ini disampaikan dalam dokumen Pertemuan Tahunan BI 2023 dan dirilis ke publik pada Rabu (29/11/2023).

BI pun menurunkan perkiraan total nilai transaksi e-commerce pada 2023 dengan estimasi sebesar Rp 474 triliun. Angka ini lebih rendah dari dengan perkiraan BI pada awal 2023, yakni Rp 533 triliun dan terkoreksi 0,48 persen dari realisasi transaksi e-commerce tahun lalu yang mencapai Rp 476,3 triliun.

Meski demikian, BI memprediksi transaksi e-commerce akan tumbuh lagi pada 2024, dari Rp 474 triliun pada 2023 menjadi Rp 487 triliun pada 2024 atau naik 2,8 persen.

Transaksi e-commerce memang mencatatkan kenaikan volume transaksi sebesar 10,43 persen, tapi nilai transaksinya turun hingga 9,55 persen dari kuartal yang sama pada tahun sebelumnya.

Menurut laporan BI, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh perlambatan tingkat kenaikan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Bisakah Tokopedia-TikTok Shop jadi pendorong?

Menurut analisis dalam riset Google, Temasek, dan Bain & Co, ada tiga alasan pertumbuhan e-commerce Indonesia melambat tahun ini.

Pertama, pencabutan pembatasan mobilitas akibat pandemi Covid-19 pada akhir 2022 mendorong peningkatan aktivitas offline masyarakat. Hal ini berdampak pada beberapa layanan sektor ekonomi digital yang sebelumnya tumbuh pesat, seperti e-commerce.

Kedua, para pelaku e-commerce mulai mengurangi promosi dan insentif demi menyeimbangkan pertumbuhan dan mengejar profitabilitas.

Perlambatan itu terjadi lantaran konsumen yang sensitif terhadap harga memilih opsi belanja lain. Meski begitu, jumlah pengguna setia e-commerce masih cukup banyak sehingga mengimbangi penurunan pertumbuhan pasar dengan kenaikan pertumbuhan pendapatan bersih.

Ketiga, pemerintah menerapkan aturan baru, yakni larangan terhadap impor barang e-commerce yang harganya di bawah 100 dollar AS atau sekitar Rp 1,5 juta.

Peraturan itu sebetulnya baik karena mendukung pedagang lokal. Namun, di satu sisi, kebijakan ini bisa menghambat total penjualan di e-commerce.

Dengan normalisasi ekonomi, pertumbuhan pendapatan domestik bruto (PDB) Indonesia diharapkan kembali ke level sedang setelah inflasi yang tinggi pada 2022.

“Untungnya, inflasi mereda lebih cepat dari perkiraan dengan penurunan harga dan adanya dampak intervensi pemerintah. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih diprediksi naik lebih tinggi dari rata-rata regional dan akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi digital,” tulis riset tersebut.

Para analis dalam riset Macquarie yang diluncurkan pada November 2023 menilai, kesepakatan antara TikTok dan GOTO akan memberikan dampak dan saling menguntungkan. Ini mengingat, GOTO merupakan pemimpin lokal dan memiliki hubungan yang baik dengan para pemegang saham.

Mengacu riset berjudul E-Commerce in Southeast Asia 2023 yang dirilis Momentum Works pada Juni 2023, jumlah GMV e-commerce Indonesia pada 2022 mencapai 51,9 miliar dollar AS atau Rp 804 triliun. Jumlah ini agak berbeda dari hitungan Google, Temasek, dan Bain & Co yang lebih tinggi, yakni 62 miliar dollar AS.

Dengan nilai itu, pangsa pasar (market share) terbesar dipegang Shopee 36 persen, disusul Tokopedia 35 persen, Lazada 10 persen, Bukalapak 10 persen, TikTok Shop 5 persen, dan Blibli 4 persen.

Menurut laporan Macquarie, TikTok bisa menjadi pendorong pertumbuhan GMV e-commerce di Indonesia. Sebab, pada 2022, TikTok Shop bisa menghasilkan sekitar 2,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp 39 triliun dari total GMV di Indonesia. Jumlah ini setara dengan atau 14 persen GMV tahunan Tokopedia dan 6 persen GMV tahunan keseluruhan Grup GoTo.

Apalagi, Tokopedia mengalami penurunan GMV selama sembilan bulan pada 2023 atau hampir 9 persen secara year-on-year (YoY).

Hal itu menunjukkan, TikTok Shop telah menjadi kontributor utama pertumbuhan GMV ecommerce Indonesia. TikTok Indonesia juga memiliki sekitar 125 juta pengguna dan menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar kedua setelah AS.

Macquarie juga menilai kesepakatan TikTok dan Tokopedia juga dapat menghasilkan pendapatan pajak tambahan dan lebih banyak investasi dari TikTok di Indonesia.

Pasalnya, CEO TikTok telah menyatakan pada Juni 2023 bahwa perusahaan berencana untuk menginvestasikan miliaran dolar di Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara.

https://money.kompas.com/read/2023/12/11/173500626/e-commerce-ri-sedang-landai-sinergi-tiktok-dan-tokopedia-bakal-jadi-angin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke