Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengamat: Pertumbuhan Laba Bank Ditopang Imbal Hasil Investasi dan Pendapatan Layanan

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank-bank jumbo di Indonesia mencetak laba tinggi sepanjang 2023. Hal tersebut diprediksi dipengaruhi oleh hasil investasi dan pendapatan layanan yang tumbuh.

Pengamat perbankan sekaligus ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Abdul Manap Pulungan mengatakan, terdapat dua faktor yang membuat laba bank mampu melambung tinggi selama 2023.

"Pertama, dilihat dari tingginya penempatan bank di surat berharga negara (SBN), sudah banyak sekali, sudah zero risk dan nilainya banyak sekali yang merek dapatkan dari situ," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (2/2/2024).

Ia menjelaskan, bank-bank lebih memilih meletakkan dana ke SBN dibandingkan menyalurkannya dalam bentuk kredit dengan risiko yang besar. Hal ini dipengaruhi oleh tingginya suku bunga SBN yang rata-rata lebih dari 6 persen.

"Bahkan untuk beberapa durasi maturity yang di atas 20 tahu itu yeildnya itu sekitaran 7 persen. Artinya bank sangat menikmati meletakkan dananya di SBN itu," imbuh dia.

Kedua, laba jumbo perbankan juga dipengaruhi dari peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh perbankan. Hal tersebut turut mendorong pendapatan fee based income atau pendapatan operasional ini.

Fee based income merupakan pendapatan bank yang didapatkan dari transaksi dan jasa layanan di luar kredit yang diberikan bank untuk konsumennya.

Aplikasi perbankan dinilai turut mendongkrak pendapatan perbankan karena memberikan beragam layanan.

Pada dasarnya, Abdul menerangkan, penerimaan pendapatan dari bunga kredit pada perbankan masih cukup tinggi. Namun, secara keseluruhan perolahan laba bersih juga dipengaruhi oleh imbal hasil dari penempatan dana perbankan di SBN.

Lantas seperti apa gambaran pendapatan laba bersih dari bank-bank jumbo yang ada di Indonesia?

Berikut ini adalah perbandingan laba, kredit hingga dana pihak ketiga (DPK) dari bank-bank jumbo yang ada di Indonesia.

1. BNI

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) meraup laba bersih sepanjang 2023 sebesar Rp 20,9 triliun.

Angka tersebut naik 14,23 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 18,48 triliun.

Di sisi lain, BNI mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 7,6 persen menjadi Rp 695 triliun sepanjang 2023. Pertumbuhan kredit utamanya berasal dari segmen prospektif berisiko rendah.

Rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) pada akhir 2023 telah berada di level 2,14 persen, membaik dibandingkan tahun 2022 yang sebesar 2,81 persen.

Dana Pihak Ketiga (DPK) pada tahun 2023 tercatat tumbuh 5,4 persen, menjadi Rp 810,73 triliun. Rasio Current Account Savings Account (CASA) terpantau kokoh di posisi 71,2 persen.

2. BRI

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) mencetak laba bersih senilai Rp 60,4 triliun, atau tumbuh 17,5 persen pada 2023.

Kredit dari sisi fungsi intermediasi hingga Desember 2023 tumbuh 11,2 persen secara tahunan menjadi Rp 1.266 triliun.

Penyaluran kredit pada segmen mikro tumbuh 10,9 persen menjadi Rp 611,2 triliun. Sementara, segmen konsumer tumbuh 13,4 persen menjadi Rp 190 triliun dan segmen kecil dan menengah tumbuh 8,6 persen menjadi Rp 267,5 triliun.

Sementara itu, kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) BRI tetap terkendali di level 2,95 persen.

Hingga akhir Desember 2023 Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun adalah sebesar Rp 1.358,3 triliun atau tumbuh 3,9 persen.

3. Bank Mandiri

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) membukukan laba bersih sebesar Rp 55,1 triliun, atau tumbuh 33,7 persen secara tahunan (year on year).

Adapun realisasi penyaluran kredit Bank Mandiri di 2023 tercatat sebesar Rp 1.398,1 triliun, atau tumbuh 16,3 persen persen secara tahunan.

Di sisi lain, total aset konsolidasi Bank Mandiri menembus Rp 2.174,2 triliun pada akhir 2023, atau naik 9,12 persen yoy jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp 1.992,5 triliun.

Per akhir 2023, rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri secara bank only turun sebesar 86 basis poin (bps) secara yoy ke level 1,02 persen.

Dana pihak ketiga (DPK) secara konsolidasi yang tumbuh sebesar 5,78 persen yoy menjadi Rp 1.577 triliun pada 2023. Darmawan menambahkan, pertumbuhan DPK didorong peningkatan dana murah sebesar 7,05 persen secara tahunan.

4. BCA

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencetak laba bersih tumbuh 19,4 persen secara tahunan mencapai Rp 48,6 triliun di sepanjang 2023.

BCA dan entitas anak mencetak pertumbuhan total kredit 13,9 persen atau sebesar Rp 810,4 triliun secara tahunan (YoY).

Secara total, kredit BCA naik 13,9 persen secara tahunan menjadi Rp 810,4 triliun. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di angka 1,9 persen pada 2023.

Di sisi pendanaan, total dana pihak ketiga (DPK) naik 6 persen secara tahunan mencapai Rp 1.102 triliun, sehingga mendorong kenaikan total aset BCA sebesar 7,1 persen secara tahunan menjadi Rp 1.408 triliun.

Dana giro dan tabungan (CASA) berkontribusi sekitar 80 persen dari total DPK.

https://money.kompas.com/read/2024/02/02/182032226/pengamat-pertumbuhan-laba-bank-ditopang-imbal-hasil-investasi-dan-pendapatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke